Jakarta, dimana keanekaragaman suku dan budaya bertemu dan berinteraksi, menjadi kota yang mewakili seutuhnya karakter Indonesia.
Jakarta adalah wujud Kebhinnekaan komunitas yang berwujud menjadi keIkaan Indonesia dalam masyarakat kota Jakarta, yang bukan Jawa, bukan Sunda, bukan Batak, bukan Makassar, bukan Papua, bukan Bali, bukan Melayu dan bukan manapun, tetapi Indonesia, sebagaimana yang disuarakan lewat Sumpah Pemuda hasil Kongres Pemuda kedua yang dinyatakan dari teras Gedung Pemuda di jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta Pusat pada 28 Oktober 1928.
Salah satu bukti sejarah itu, adalah Gedung Sumpah Pemuda yang didirikan pada awal abad ke-20, yang semula rumah tinggal Sie Kong Lian. Kemudian menjadi tempat tinggal pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) bidang Kedokteran dan RS (Rechtsschool) Bidang hukum.
Kemudian menjadi Pusat pergerakan Kaum muda pejuang Kemerdekaan. Hingga menjadi tempat mencetuskan Satu kesamaan yang sama, setelah melalui Kongres Pemuda kesatu yang pelik karena kuatnya arus kedaerahan dan perbedaan. Hingga muncul kesadaran bersama untuk Satu pada Kongres Pemuda Kedua yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Sikap tentang SATU tumpah darah, SATU bangsa dan SATU bahasa.
Jakarta menjadi awal munculnya makna Bhinneka Tunggal Ika dan Jakarta mewakili kebhinekaan Indonesia.
JAKARTA YANG TERUS TUMBUH
Sejak era kemerdekaan, Jakarta sudah memiliki 17 orang Gubernur.
Sejak yang pertama politisi PNI Mr.Soewirjo (1945-1951) ketika itu masih disebut sebagai Walikota Jakarta dan saat di era Republik Indonesia Serikat (RIS), Jakarta sebagai bahagian dari Negara Pasundan (1950-1951).
Sejak dipimpin Gubernur keempat Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964), Presiden Soekarno mengubah status Jakarta menjadi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Soemarno juga mengawali penugasan Perwira Militer menjadi Gubernur.
Setelahnya Gubernur-Gubernur yang juga popular seperti Ali Sadikin (1966-1977). Tjokropranolo (1977-1982), Soeprapto (1982-1987), Wiyogo Admodarminto (1987-1992), Soerijadi Soedirdja (1992-1997), Sutiyoso (1997-2002) dan (2002-2007).
Kemudian lewat pemilihan, politisi Partai Demokrat  Fauzi Bowo menjadi Gubernur DKI Jakarta (2007-2012),
Selanjutnya Joko Widodo atas dukungan PDI-P menjadi Gubernur periode 2012-2017, namun karena terpilih menjadi Presiden pada Pemilu 2014 sehingga Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama  (Non Partai) yang dikenal dengan nama akrabnya Ahok menjadi Gubernur sejak 19 November 2014.