Selama ini, banyak kasus Etik bisa dan biasanya diselesaikan dengan mudah melalui komunikasi yang hangat dari para pihak yang terlibat.
Beberapa hari ini muncul pula Banner dan Flyer dari Organisasi Profesi Spesialis yang menyatakan dukungan kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dorongan Komisi IX DPRRI agar terbuka Komunikasi kekeluargaan dan bermartabat, selayaknya disambut bersama PB IDI dan Dr.Terawan.
Tentu dengan melibatkan Pimpinan Organisasi Profesi Spesialis yang beririsan dengan metode DSA Dr.Terawan, agar tidak terjadi perbenturan kewenangan medik satu sama lain.
Memang tugas IDI tidak mudah, tetapi harus dilakukan untuk memastikan jalannya Praktik Kedokteran yang benar, aman dan dapat dipertanggung- jawabkan.
Sungguh tidak pada tempatnya masyarakat dipertontonkan dengan perdebatan etik sesama Dokter.
Tetapi harus diakui bahwa, peristiwa ini membuka mata bagi dunia Kedokteran bahwa pemahaman masyarakat dan bahkan tokoh masyarakat tentang Disiplin Kedokteran masih perlu ditingkatkan.
PB IDI MEMBUKA "JALAN DAMAI"
Ada 3 aspek pelanggaran etik berat yang membutuhkan klarifikasi Dr.Terawan, yaitu mempromosikan diri, memungut biaya melebihi aturan dan pengobatan "cuci otak" yang diterapkan belum dibuktikan secara ilmiah.
Pada aspek pembuktian ilmiah tentu seluruh masyarakat dan kaum akademisi serta Praktisi Kedokteran sangat menantikan inovasi cerdas Dr.Terawan.
Dan tentu apa yang seharusnya dilakukan Dr.Terawan menjadi pendorong bagi inovator-inovator Kedokteran di Indonesia.