Kick off makan bergizi gratis pada awal Januari 2025 membuka awal tahun dengan harapan dan cita-cita tinggi demi Indonesia emas 2045. Program baik yang membiasakan anak makan bergizi terutama anak usia sekolah.
Menurut mayoclinic.org, nutrisi untuk anak pada umunya jenisnya sama dengan dewasa. Pola makan yang baik untuk tumbuh kembang anak bergantung pada usia, aktivitas dan karakteristik lainnya.
Ternyata kick off makan bergizi gratis ini memberi feedback yang kurang baik. Kick makan bergizi gratis kurang diimbangi dengan rasa bersyukur dan kesadaran.
Setelah dibagikan, ternyata makanan ini kurang diminati anak-anak. Di antara mereka banyak yang menyisakan makanan bahkan tidak dimakan.
Salah satu siswa menengah pertama di daerah Slipi, Jakarta Barat mengungkapkan bahwa makanannya tidak enak dan terasa pahit. Beberapa siswa lain pun tidak makan dan hanya makan makanan kesukaannya. Kebetulan menu hari itu adalah nasi putih, kuah sayur bayam, dadar telur dan pisang. Siswa SMP itu mengungkap bahwa sayurnya pahit dan hanya makan nasi dan telurnya saja.
Lainnya dibiarkan tergeletak tidak dimakan. Siswi lainnya pun sama nampak wajahnya kurang suka dengan makanan di mejanya. Beberapa di antaranya menopangkan tangan di dagu seolah kick off makan bergizi gratis ini terasa asing dan aneh. Pihak sekolah menanggapi akan mengkonfirmasi ke pihak penyedia makanan bergizi gratis ini.
"Gini loh bun, makanan bergizi untuk anak usia sekolah?"
Gemes rasanya ingin menatar para bunda tentang makanan bergizi. Kick off makan bergizi gratis ini sayangnya siswa tidak terbiasa dengan makanan sehat.
Bekal yang biasa mereka bawa dari rumah mulai dari sekolah dasar mayoritas membawa nasi goreng yang dimasak dengan bumbu instan karena tidak sempat lagi membuat bekal dengan meracik aneka bawang.
Bekal nasi uduk, bekal favorit yang mudah, murah dan kenyang. Pagi-pagi datang saja ke penjual nasi uduk dengan membawa kotak bekal, selesai sudah urusan bekal makan siang anak.
Tak sempat keluar rumah ke penjual nasi uduk, yang paling instan dan tercepat adalah membawa makanan ringan, kriuk, manis tercepat langsung masuk ke kotak bekal. Wafer, roti coklat manis, susu kotak manis, jelly, permen dan makanan ringan lainnya yang penuh akan bahan kimia.
Tapi anak suka dan tiap pulang ke rumah kotak bekal selalu habis, anak pun kenyang, ibu senang. Tapi sayangnya makanan tersebut bukan makanan bergizi untuk anak usia sekolah.
Pada jurnal Nutrition for kids dari mayoclinic.org, nutrisi utama untuk anak dilansir dari jurnal terakhir Dietray Guidelines for Americans, yang disebut makanan bergizi yaitu tidak atau membatasi kandungan gula, lemak jenuh dan garam. Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa makanan bergizi mengandung sayur, buah, protein, karbohidrat dan susu.Â
Protein yang dimaksud adalah olahan seafood, daging, telur dan kacang-kacangan. Buah-buahan yang dimaksud yaitu buah segar, buah kaleng ataupun buah kering dapat dikonsumsi anak usia sekolah, alternatifnya buah-buahan bisa dijadikan minuman jus.
Hal serupa pada sayur-sayuran. Karbohidrat dapat berupa biji-bijian, sereal, kentang, nasi, jagung ataupun berupa popcorn. Hail olahan susu berupa keju, yoghurt, untuk anak-anak pilih susu rendah lemak atau alternatif lainnya susu kacang kedelai.
Tak Biasa Makan Makanan Bergizi
Sayangnya makanan bergizi ini terasa asing di lidah anak-anak usia sekolah. Mereka sangat terbiasa menikmati makanan penuh dengan rasa sedap dari penyedap rasa.
Tertarik dengan warna-warna yang membuat penyajian makanan nampak cantik dengan tambahan pewarna makanan. Terasa enak dengan rasa manis yang terus membuat ingin makan lagi dan lagi dan akhirnya kenyang dengan makanan manis.
Alhasil kick off makan bergizi gratis dinilai menunya terasa hambar tidak ada rasa oleh anak usia sekolah ini. Tak biasa makan sayur, tak biasa makan buah. Akhirnya tak suka sayur dan buah.
Mereka yang terbiasa dengan penyedap berlebih, gurih dan terasa sedap di lidah. Makanan seperti batagor, siomay, seblak, mi instan jadi pilihan utama mereka di kantin jika tidak membawa bekal.
Mereka menjadi tidak terbiasa makan, makanan bergizi. Belum lagi mereka yang picky eater, yang sangat pemilih dalam makanan, membuat orang tua menyerah akhirnya mengikuti daripada anak tidak mau makan sama sekali, lalu sakit, membuat orang tua semakin repot.Â
Biasa karena Biasa
Program baik ini hendaknya menjadi contoh menu makanan untuk anak usia sekolah agar kebutuhan nutrisi mereka terpenuhi. Anak-anak usia sekolah perlu nutrisi untuk tumbuh kembang dan kebutuhan otaknya. Program baik ini akan terus berjalan, membuat mereka lama-lama terbiasa dengan makanan bergizi.
Menghabiskan makanan juga merupakan karakter anak yang baik, anak bersyukur atas makanan yang sudah tersedia dan mereka harus berterima kasih dengan menghabiskannya. Bukan karena tidak suka lalu dibuang dan jadi mubazir.
Perlu kerja sama dari orangtua, guru dan siswa untuk mendukung keberlangsungan program ini. Membiasakan diri untuk hidup sehat, makan makanan bergizi baik untuk perkembangan dan pertumbuhan anak usia sekolah.
Yuk, dukung anak-anak usia sekolah terbiasa dengan makanan bergizi.
Salam sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H