* Kolesistografi oral: kandung empedu di foto Rontgen setelah pasien menelan pil yang mengandung pewarna sementara yang aman. Tes ini adalah alternatif untuk USG, dan lebih baik untuk melihat batu yang telah berpindah masuk ke saluran empedu.
* Cholescintigraphy (pemindaian HIDA).
* CT scan: mirip dengan Rontgen, namun lebih rinci. Tes ini menunjukkan kandung empedu, saluran empedu, batu, penyumbatan empedu, dan komplikasinya.
* Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). Selain untuk mendiagnosis, yang bisa juga untuk mengangkat batu kecil dari kandung empedu.
* Foto Rontgen polos Dada dan Perut. Foto dada dapat dilakukan untuk melihat keadaan peparu, karena masalah di dada (cairan peparu) dapat menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Foto polos perut dapat mendeteksi adanya batu yang berkapur
Apa Terapi Batu Kandung Empedu?
1. Dengan Obat: a) Obat penghilang nyeri jika nyeri, b) Antibiotika dan anti radang, bila ada tanda-tanda infeksi (kolesistitis), c) garam empedu oral (asam ursodeoxycholic), terutama untuk batu empedu kolesterol berukuran < 1 cm, batunya tak terlihat dengan foto Rontgen perut, dan fungsi kandung empedunya normal (angka keberhasilan terapi garam empedu oral < 50 % dalam 6 bulan)
2.Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL): terapi kejut listrik arus searah dari luar tubuh (terutama untuk batu tanpa pengapuran, dan fungsi kandung empedunya normal.
3) Terapi Pembedahan: Jika batu empedu sudah mengakibatkan nyeri, tindakan bedah mutlak dilakukan. Biasanya dengan kolesistektomi laparoskopik, menggunakan kamera fiber optik, tidak menggunakan sayatan pisau bedah, dan tidak dijahit. Kriterianya ini:
* Ukuran batu kecil (<0,5 sampai 1 cm)
* Fungsi kandung empedu yang baik (misalnya pengisian dan pengosongan normal)