Pada bursa transfer pemain 2024, Julian Alvarez memilih hengkang dari Manchester City dan pindah ke Atletico Madrid. Pilihan itu berawal dari keinginan Alvarez untuk mendapatkan jam bermain lebih banyak daripada di Man City.
Keinginan itu menguat selepas Copa America 2024, di mana saat itu Argentina menjadi juaranya dan kemudian saat Alvarez membela Argentina pada Olimpiade di Paris. Rupanya, keinginan Alvarez itu tak sebatas kata-kata.
Selepas Olimpiade di Paris, si pemain mengiakan tawaran Atletico. Menariknya, Man City rela membuka pintu untuk mendapatkan si pemain dari River Plate dengan harga 14 juga pounds.
Terang saja, transaksi itu menguntungkan Man City secara finansial lantaran berhasil menjualnya dengan 81.5 juta pounds. Bahkan, penjualan Alvarez menjadi salah satu penjualan terbesar Man City sejauh ini dan pembelian termahal kedua Atletico setelah Joao Feliz.
Bila melirik performa dua musimnya di Man City, Alvarez sebenarnya salah satu pemain penting dari Pelatih Pep Guardiola. Tercatat dia masuk lima besar sebagai salah satu pemain yang memiliki banyak menit bermain pada musim 2024/25.
Tercatat juga, Alvarez menyumbangkan 11 gol dan 9 asis dari 36 laga yang dimainkannya pada musim lalu. Apabila ditotalkan selama dua musim dari 103 laga yang dimainkan, Alvarez berhasil mencatatkan 36 gol.
Hanya saja, Alvarez masih cenderung menjadi pilihan kedua. Selain menjadi pilihan kedua di bawah striker Erling Haaland, juga Alvarez tak menjadi pilihan Guardiola di laga-laga penting seperti beberapa partai final. Bahkan dalam laga-laga partai final itu, Alvarez tak sekalipun dimainkan.
Kondisi itu membuat si pemain yang berkontribusi besar dalam pencapaian Argentina pada Piala Dunia 2022 dan Copa America 2024 memilih untuk pindah. Pencariannya bukan saja jam bermain, tetapi juga peran penting dalam skuad dan tantangan baru.
Seperti terlansir dalam Goal.com (17 Agustus 2024), dalam presentasinya di Atletico, Alvarez menyatakan bahwa dia pindah karena dia merasa untuk mencari tantangan baru dalam karirnya. Dan, meyakini bahwa Atletico adalah istrumen yang bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Â
Pilihan Alvarez ke Atletico terbilang tepat. Pada satu sisi, Alvarez akan berkumpul dengan beberapa rekan setimnya di Argentina seperti Rodrigo de Paul, Naguel Molina dan Angel Correa.
Pada sisi lain, Atletico dilatih oleh Diego Simenone yang juga berasal dari Argentina. Makanya, kehadiran Alverez ke Atletico seperti menguatkan koneksi dan warna Argentina.
Dengan itu juga, tak sulit bagi Alvarez untuk bisa beradaptasi dengan klub dan sekaligus mendapatkan tempat di skuad utama Argentina.Â
Apalagi, pada saat yang bersamaan striker Alvaro Moratta pindah ke AC Milan dan Memphis Depay pindah ke Corinthians. Dengan itu, persaingan di lini depan Atletico rada tak ketat.
Lalu, bagaimana performa Alavarez sejauh ini?
Dari tujuh laga yang telah dimainkan, termasuk satu laga di Liga Champions Eropa, Alvarez baru mencatatkan satu gol. Padahal, dari dua laga awal bersama Man City sebagai pemain pengganti, Alvarez langsung mencatatkan dua gol.
Padahal, Simeone selalu memainkan Alvarez sejak menit perdana. Pun pelbagai formasi dicoba oleh Simeone agar bisa mendapatkan strategi yang tepat untuk mengakomodasi potensi pemain berusia 24 tahun tersebut.
Akan tetapi, langkah itu belum berbuah maksimal. Alvarez terlihat masih sulit menemukan performa terbaiknya semenjak pindah dari Man City ke Atletico.Â
Pada titik tertentu, kesulitan Alvarez itu bisa disebabkan oleh perbedaan karakter permainan tim dan sekaligus rekan setim.
Di Man City, Alvarez mendapatkan sokongan dari para gelandang yang mumpuni dan sistem permainan penguasan bola ala Guardiola sehingga Alvarez mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya.Â
Barangkali salah satu persoalan yang menantang Alvarez adalah sistem permainan yang berbeda.
Lebih jauh, Guardiola mungkin tahu betul kekuatan Alvarez sehingga bisa memainkannya pada posisi yang berbeda.Â
Ketika Haaland absen, Alvarez dimainkan sebagai striker. Sama halnya, ketika Guardiola memainkan Alvarez sebagai pemain bernomor 10 pengganti Kevin de Bruyne.
Langkah itu berbuah sukses karena Guardiola tahu karakter Alvarez dan bagaimana memanfaatkan para pemain lain guna mendukung antara satu lama.
Di Atletico, Alvarez menghadapi pemain dengan karakter yang berbeda-beda. A. Griezmann biasa bermain sebagai pemain bernomor 10 dan itu membuat Alvarez harus memainkan perannya sebagai striker.Â
Secara umum juga, metode permainan Atletico lebih langsung daripada mengandalkan penguasaan bola dari kaki ke kaki.
Alvarez sepertinya menghadapi masa sulit di Atletico. Memang terlalu dini untuk menilai bahwa Alvarez akan masuk daftar transfer gagal lantaran musim kompetesi baru dimulai.
Akan tetapi, performa di bawah standar Alvarez itu bisa saja membahasakan jika sistem permainan tim belum cocok dengan si pemain atau juga Alvarez masih perlu beradaptasi dengan iklim sepak bola Spanyol yang agak berbeda dengan Liga Inggris.
Dengan itu juga, ungkapan Alvarez di awal kedatangannya di Atletico untuk mencari tantangan baru terbukti. Ternyata bermain di Atletico tak segampang dengan apa yang dialaminya saat pindah dari River Plate ke Man City.
Boleh dikatakan, Atletico lebih menantang daripada Man City. Untuk itu, Alvarez perlu keluar dari situasi itu agar tak tetap tinggal dalam situasi kelam.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H