Ketiga, Compassion (Belas Kasih)
Belas kasih menjadi salah satu keutamaan yang ditekankan Paus Fransiskus sejak awal masa kepemimpinannya di Gereja Katolik. Wujud belas kasihnya itu terungkap pada kepeduliannya pada kaum imigran, kritiknya pada perang geo politik, dan juga seruan-seruan kepedulian pada kerusakan lingkungan hidup.
Belas kasih merupakan bahasa iman. Itu bermakna pada upaya kita masuk atau merasakan derita sesama dengan langsung. Tujuannya agar pengalaman itu bisa mentransformasi kita untuk mengambil langkah konkret dalam mengatasi persoalan yang terjadi.
Pada tempat pertama, sikap belas kasih itu mesti dipunyai oleh setiap pihak, terlebih khusus para pemimpin. Pemimpin yang tak berbelas kasih akan cenderung tak peduli pada orang-orang yang dipimpinnya, bertindak seturut kemauan sendiri, dan bahkan bergaya hidup dengan jarak yang cukup jauh dari rakyat.
Sebaliknya, pemimpin yang berbelas kasih selalu mempunyai kepedulian kepada sesama, dekat dengan rakyat, dan tahu benar-benar apa yang dibutuhkan rakyat. Juga, sikap berbelas kasih seorang pemimpin bukanlah bentuk pecintraan, tetapi benar-benar bahasa imannya, yang terlahir dari lubuk hati. Â
Kedua, sikap belas kasih itu mesti terbangun dalam relasi harian kita sebagai warga negara. Kepedulian antara satu sama lain dalam relasi sosial menjadi wajah nyata dari sikap belas kasih.
Ya, sikap belas kasih menjadi senjata melawan kanker apatisme dan invidualisme menggerogoti kita. Kita adalah makhluk sosial dalam payung yang sama, Indonesia. Kesosialan kita sebagai rakyat Indonesia mesti terwujud dalam rupa kepedulian dan belas kasih. Â
Ketika setiap orang bermantelkan sikap belas kasih, pada saat itu pula hidup bersama akan penuh damai dan persaudaraaan. Efek lanjutnya adalah iman kepada Tuhan benar-benar hidup dan nyata di Indonesia.
Selamat Datang Paus Fransiskus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H