Beriman berarti yakin akan adanya Tuhan, sebagaimana terimplisit dalam Sila Pertama Pancasila. Konsekuensinya, kita perlu dekat dengan Tuhan dan mewujudkan kedekatan itu lewat perilaku dan sikap hidup yang berwajah ketuhanan.
Oleh sebab itu, kunjungan Paus Fransiskus memberikan pesan iman, membangun iman yang telah ada, dan sekaligus mengingatkan tugas mulia sebagai orang beriman yang berwarga negara Indonesia.
Kedua, Fraternity (Persaudaraan)
Tema ini cukup dekat dengan masa kepemimpinan Paus Fransiskus. Paus yang berasal dari Argentina itu mempunyai relasi yang baik dengan para pemimpin agama lain, termasuk dari kalangan Muslim. Juga, Paus Fransiskus menjalin relasi yang dekat dengan para pemimpin politik dunia.
Relasi itu membahasakan tali persaudaraan. Batas-batas geografi, kotak-kotak agama, dan perbedaan pilihan politik dilampaui demi membangun kemanusiaan yang bermartabat dan bernilai lewat semangat persaudaraan.
Kedatangannya ke Indonesia menjadi perhatian lantaran status Indonesia sebagai negara bermayoritaskan Muslim. Untuk itu, di balik kunjungan itu, Paus Fransiskus membawa pesan persaudaraan untuk siapa saja yang ada di Indonesia.
Pesan itu pun bisa mengingatkan relasi persaudaraan kita di Indonesia. Lihat ke dalam sebelum mencernah pesan persaudaraan dari Paus Fransiskus.
Bukan rahasia lagi jika persaudaraan kita kadang pecah lantaran musim politik, baik itu yang sudah lewat sewaktu Pemilu pada 14 Februari lalu, maupun yang sementara hangat-hangatnya lewat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Saudara jadi musuh dan difitnah karena perbedaan pilihan.
Sekiranya, persaudaraan harus dibangun dan dijaga terlepas pada perbedaan pilihan politik, struktur sosial, hingga latar belakang. Paus Fransiskus datang ke Indonesia untuk menguatkan tali persaudaraan antara Indonesia dan Vatikan, dan bukan semata-mata membawa baju agama Katolik.
Kunjungan itu pun mengingatkan kita bahwa persaudaraan mesti mendapatkan tempat utama dan pertama dalam relasi bernegara dan berbangsa. Persaudaraan mesti dibangun dengan melampuai batas-batas agama, sosial, dan politik.
Jangan sampai persaudaraan dikorbankan lantaran perbedaan pilihan politik dan kepentingan. Dengan kata lain, perbedaan politik, agama, dan status sosial tak boleh meruntuhkan tali persaudaraan sebagai satu negara dan bangsa.