Paling tidak, ketika tidak ada signal internet, smartphone tertinggal, dan bateri smartphone lemah, saya tak begitu panik dan cemas. Malahan, saya merasa biasa-biasa saja.
Cara paling pertama adalah tak membawa smartphone keluar rumah ketika bepergian ke tempat tujuannya yang dekat dan dalam waktu yang relatif singkat.
Saya sudah mempraktikkan hal ini lebih dari dua tahun. Ketika bepergian ke tempat-tempat yang relatif dekat dan dalam jangka waktu yang singkat, saya tak membawa smartphone. Saya meninggalkannya di rumah.
Cara itu sebenarnya bertujuan agar saya bisa berinteraksi secara intens dengan orang-orang yang saya jumpai di tempat tujuan. Jadi, tak ada pembatasan dalam berelasi lantaran karena tak ada smartphone.
Awalnya memang sulit. Selalu kepikiran tentang apa isi dari smartphone selama ditinggalkan. Namun, perlahan praktik itu menjadi kebiasaan.
Jadinya, saya tak kepikiran ketika smartphone ditinggalkan di rumah ketika bepergian. Juga, saya tak begitu bereaksi berlebihan ketika terlambat membalas teks yang masuk.
Prinsipnya, awalnya terasa sulit. Namun, ketika terus dipraktikan, hal itu pun menjadi kebiasaan dan bahkan terjadi secara otomatis.
Kedua, selalu menyimpan smartphone di kamar saat berada di rumah.
Langkah kedua yang kerap lakukan adalah selalu menyimpan smartphone di kamar. Ketika berada di ruang tv dan tempat makan, saya tak membawa smartphone. Saya selalu menyimpannya di kamar pribadi.
Cara ini bertujuan untuk membatasi smartphone dari jangkauan ketika berada di tempat-tempat lain di rumah.Â
Alhasil, tak terjadi aktivitas ganda, seperti menonton TV dan pada saat yang bersamaan bermain smartphone atau juga bercerita dengan anggota rumah dan tangan sementara bermain di smartphone.