Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Mengatasi Ketergantungan pada Smartphone

9 Agustus 2024   18:21 Diperbarui: 12 Agustus 2024   15:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemakaian Smartphone. Foto: Daniel Romero via Kompas.com

"Smartphone itu tak lagi menjadi barang istimewa."

Demikian kata-kata salah seorang teman ketika melihat anak-anak seusia TK dan SD sudah memiliki smartphone.

Hal itu sangat jelas menunjukkan bahwa smartphone sudah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam realitas sehari-hari. Terlebih khusus dalam membangun relasi sosial dan jaringan untuk pekerjaan.

Namun, di balik fakta bahwa smartphone sudah menjadi kebutuhan, terdiam pelbagai tantangan dan sekaligus efek negatif. Salah satu diantaranya adalah ketergantungan yang berlebih pada smartphone.

Ketergantungan berlebihan pada smartphone bisa muncul dalam pelbagai rupa. Seperti beban psikologis ketika smartphone kehabisan baterei dan kebetulan tak tempat yang memungkinkan untuk mengisinya.

Atau juga, rasa hati dan pikiran tak nyaman ketika smartphone dibatasi penggunaannya karena ada aturan yang mengikat.

Kenyataan seperti itu tentu saja tak begitu sehat dari sisi mentalitas dan emosional. Itu juga bisa membahasakan ketergantungan berlebih dari penggunaan smartphone.

Bukan tak mungkin, ketergantungan berlebihan pada smartphone malah menjadikan smartphone sebagai sentro dari kehidupan harian dan mengabaikan prioritas yang lebih bermanfaat untuk diri.

Oleh sebab itu, perlu upaya untuk menghilangkan ketergantungan pada smartphone. Di balik ini, perlu diakui bahwa smartphone itu memang sudah menjadi instrumen meringankan hidup kita.

Namun, di sisi lain, ketergantungan berlebih pada smartphone perlu diwaspadai dan disikapi secara serius.

Hampir dua tahun lebih saya coba mengatasi ketergantungan berlebih pada smartphone. 

Paling tidak, ketika tidak ada signal internet, smartphone tertinggal, dan bateri smartphone lemah, saya tak begitu panik dan cemas. Malahan, saya merasa biasa-biasa saja.

Cara paling pertama adalah tak membawa smartphone keluar rumah ketika bepergian ke tempat tujuannya yang dekat dan dalam waktu yang relatif singkat.

Saya sudah mempraktikkan hal ini lebih dari dua tahun. Ketika bepergian ke tempat-tempat yang relatif dekat dan dalam jangka waktu yang singkat, saya tak membawa smartphone. Saya meninggalkannya di rumah.

Cara itu sebenarnya bertujuan agar saya bisa berinteraksi secara intens dengan orang-orang yang saya jumpai di tempat tujuan. Jadi, tak ada pembatasan dalam berelasi lantaran karena tak ada smartphone.

Awalnya memang sulit. Selalu kepikiran tentang apa isi dari smartphone selama ditinggalkan. Namun, perlahan praktik itu menjadi kebiasaan.

Jadinya, saya tak kepikiran ketika smartphone ditinggalkan di rumah ketika bepergian. Juga, saya tak begitu bereaksi berlebihan ketika terlambat membalas teks yang masuk.

Prinsipnya, awalnya terasa sulit. Namun, ketika terus dipraktikan, hal itu pun menjadi kebiasaan dan bahkan terjadi secara otomatis.

Kedua, selalu menyimpan smartphone di kamar saat berada di rumah.

Langkah kedua yang kerap lakukan adalah selalu menyimpan smartphone di kamar. Ketika berada di ruang tv dan tempat makan, saya tak membawa smartphone. Saya selalu menyimpannya di kamar pribadi.

Cara ini bertujuan untuk membatasi smartphone dari jangkauan ketika berada di tempat-tempat lain di rumah. 

Alhasil, tak terjadi aktivitas ganda, seperti menonton TV dan pada saat yang bersamaan bermain smartphone atau juga bercerita dengan anggota rumah dan tangan sementara bermain di smartphone.

Kamar pribadi menjadi pembatas antara saya dengan smartphone ketika ada aktivitas di rumah. Dengan ini pula, smartphone menjadi instrumen yang bernilai privasi yang mana hanya bisa dimanfaatkan dan dipakai ketika berada di kamar.

Ketiga, perlu tegas dengan diri sendiri dan orang lain untuk tak bermain smartphone pada waktu-waktu tertentu.  

Keberadaan smartphone memang cukup menantang. Barangkali Anda pernah melihat orang yang bermain game di smartphone atau juga searching di smartphone ketika duduk bersama di meja makan atau di ruang TV.

Saya pernah mengalaminya. Secara pribadi, saya tak menyukai situasi tersebut. Makanya, saya membuat aturan yang terbilang tegas di rumah.

Tak ada smartphone di meja makan. Ketika jam makan, smartpone perlu disimpan di satu tempat. Bahkan, ketika ada panggilan atau pun bunyi pesan masuk, setiap orang mesti kontrol diri agar tak melihat smartphone.

Hal itu bertujuan agar bisa membangun interaksi personal di antara anggota rumah. Ketika ada smartphone, kecenderungannya adalah fokus di smartphone daripada peduli berelasi di antara satu sama lain.

Smartphone sangat dibutuhkan untuk era disrupsi digital saat ini.  Kendati demikian, kita tak boleh terkontrol, apalagi menjadi budak dari smartphone.

Seyogianya, kita tetap menjadi tuan dari smartphone. 

Agar tak menjadi budak tetapi sebaliknya menjadi tuan dari smartphone, kita perlu membangun langkah-langkah yang efektif nan praktis yang dilandasi oleh kontrol diri dan komitmen yang kuat untuk menggunakan smartphone pada waktu dan tempat yang tepat.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun