Seperti ungkapan klasik, tantangan dari digital sepertinya "menjauhkan yang dekat, tetapi malah menjauhkan yang terdekat," termasuk antara anggota keluarga.
Barangkali Anda pernah melihat pemandangan sebuah keluarga yang datang dan berada di sebuah restauran. Kadang-kadang, mereka bicara. Tetapi ala kadarnya.
Biasanya sembari menanti pesanan makanan, beberapa anggota keluarga, bahkan semuanya sibuk dengan ponsel. Tampak terasing, lantaran mereka sibuk dengan ponsel. Jadinya, tak ada interaksi dan komunikasi antara satu sama lain.
Padahal, momen kebersamaan di luar rumah itu bisa menjadi kesempatan untuk berinteraksi dan saling mengenal antara satu sama lain.
Situasi seperti itu menjadi tantangan dalam era disrupsi digital. Ponsel mendapat tempat terdepan. Relasi tatap muka ditepikan.
Pendek kata, ada kecenderungan yang mana berelasi dengan orang-orang yang jauh lewat ponsel lebih nyaman ketimbang dengan orang-orang serumah.
Oleh sebab itu, sebuah keluarga perlu mempunyai taktik agar kebersamaannya tak luntur, terganggu, dan hancur gegara media digital. Perlu langkah praktis agar tak menjadi terasing di dalam rumah sendiri dan dalam berelasi sesama anggota keluarga.
Paling pertama adalah saat berada bersama sebagai keluarga, sebisa mungkin untuk menjauhkan ponsel.Â
Tujuannya agar momen makan bersama itu sebagai kesempatan untuk berbagi cerita di antara satu sama lain.
Misalnya, saat momen makan bersama, ponsel tak boleh berada di atas meja makan.
Begitu pula saat makan di luar. Perlu aturan agar ponsel disimpan pada salah satu tempat, ataukah hanya satu orang dari anggota keluarga yang membawa ponsel dan yang lainnya ditinggalkan di rumah.
Aturan ini awalnya sulit, namun tak mustahil dilakukan. Saya mengambil contoh dari pengalaman saya sendiri.