Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Langkah Awal Agar Mindful Eating Jadi Gaya Hidup

10 Februari 2024   09:34 Diperbarui: 10 Februari 2024   09:36 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mindful Eating. Foto: Dok. Shutterstock/kazoka via Kompas.com

Dalam pertemuan di komunitas kami, kami meminta salah seorang dokter yang kebetulan diundang hadir untuk memberikan tips-tips kesehatan. Dokter ini memulai topik pembicaraannya dari situasi yang terjadi dan ditemukan di lingkungan pekerjaannya.

Menurutnya, di provinsi dia bekerja, salah satu masalah kesehatan yang dominan terjadi adalah persoalan sakit ginjal. Persoalan kesehatan itu tak lepas dari pola konsumsi makanan dan minumun.

Oleh sebab itu, dokter itu memberikan beberapa tips yang bermuara pada bersikap bijak dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Termasuk mengontrol diri dalam mengonsumsi makanan berkalori dan juga tak cepat percaya dengan promosi makanan dan minuman.

Misalnya, dia mengambil contoh dari minuman yang menurut label adalah sehat dan tak berkalori. Seturut promosi, makanan itu aman untuk yang mempunyai penyakit gula.  

Namun, menurut si dokter, sejauh minuman berasa manis, selalu ada kalori dan pemanis buatan yang terkandung dalam minuman tersebut. Promosi itu hanya sebagai bagian dari strategi bisnis untuk mendapatkan konsumen.

Secara umum, apa yang disampaikan oleh si dokter sangat praktis dan berkaitan dengan pola hidup kami setiap hari. Dia juga coba mengambil contoh dari makanan dan minuman yang kami konsumsi selama beberapa hari mengikuti seminar. Beberapa di antara makanan itu tak begitu sehat untuk tubuh apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Terang saja, apa yang disampaikan membuat kami tertawa. Apalagi, setelah pembicaraan si dokter, kami disediakan makanan dan minuman yang umumnya berkalori tinggi. Alih-alih sadar pada tips yang telah diberikan, umumnya kami seperti mengejek sembari melahap makanan dan minuman yang disedia tanpa berpikir mendalam tips-tips mindful eating.

Padahal, apa yang tersampaikan si dokter itu memberikan masukan berharga agar kami lebih sadar dengan cara kami mengonsumsi makanan dan minuman, daripada kami menyesal di kemudian waktu lantaran pola makan dan minum yang salah saat ini.

Dari penjelasan si dokter, saya pun mengambil beberapa kesimpulan kecil. Kesimpulan itu pun menjadi bagian dari pola hidup yang sering saya praktikan dua tahun terakhir. Hemat saya, hal itu juga menjadi langkah awal untuk membangun mentalitas mindful eating.


Pertama, Berpuasa secara Regular

Berpuasa menjadi bagian penting dari gaya hidup. Di sini, kita perlu mengontrol diri untuk tak melakukan atau pun mengonsumsi makanan dan minuman untuk jangka waktu tertentu.

Sampai sekarang saya menerapkan pola Intermitten Fasting. Jendela puasanya adalah 16 jam. Karenanya, saya jarang sekali makan pagi dan hanya minum kopi pahit di pagi hari. Efeknya cukup mengagumkan, di mana berat badan tubuh turun drastis dan kondisi kesehatan juga tampak membaik.

Berpuasa perlu langkah yang cukup berani. Kita berani berkorban melepaskan kenikmatan tertentu. Juga, menjadi tak gampang apabila kita sudah terbiasa dengan pola makan dan minum yang tak teratur.

Seturut pengalaman pribadi, kita akan berjuang keras pada minggu pertama dan kedua agar bisa masuk dalam pola hidup berpuasa ala intermitten fasting. Namun, kalau terbiasa, sistem tubuh juga ikut menyesuasikan diri dan kita pun makin sadar pola makan dan minum.

Bahkan, saat ini saya merasa lidah agak lain dan berbeda apabila mengonsumsi makanan dan minuman yang terbilang manis dan berkalori tinggi. Tak jarang juga terjadi lebih memilih makanan yang rendah kalori, dan menghindari yang menghadirkan kalori.

Berpuasa terbilang menjadi salah satu cara untuk membangun sikap mindful eating. Kita mengontrol diri untuk tak makan dan minum, tetapi sebaliknya kita mengatur waktu di waktu kapan makan dan minum dan sekaligus apa yang perlu yang dikonsumsi.  

 

Kedua, Perlu Melek dengan kandungan makanan dan minuman

Kita perlu belajar jenis kandungan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Dalam proses pembelajaran itu, kita juga perlu tahu efek apabila kita mengonsumsinya secara regular dan berlebihan.

Misalnya, menurut pengetahuan umum, apabila kita terlalu sering dan berlebihan mengonsumsi gula, kita kemungkinan besar terkena penyakit gula di kemudian waktu. Kandungan gula ini bisa ditemukan di setiap makanan, tetapi dengan kadar yang berbeda-beda.

Untuk itu, kita perlu tahu makanan dan minuman mana yang mengandung kadar gula berlebihan. Tujuannya, agar kita mengonsumsi secara berlebihan. Tujuan lainnya adalah saat kita membeli makanan tertentu, alih-alih hanya tertarik pada mereknya, kita juga bisa melihat kandungan yang tertera pada label dari makanan dan minuman yang dibeli.

Hemat saya, semakin kita melek dengan kandungan zat dari makanan dan minuman yang kita temui dalam kehidupan setiap hari, semakin kita menjadi sadar dan tahu efek dalam mengonsumsi makanan dan minuman tersebut. Untuk itu, kita perlu waktu untuk belajar atau juga berkonsultasi dengan ahli gizi soal makanan dan minuman.

Secara pribadi, saya menonton video-video kesehatan dan coba mempraktikkannya dalam kehidupan setiap hari. Bahkan, hal itu menjadi bagian dari pola intermitten fasting yang sementara saya terapkan. Dalam mana, saya menjauhi makanan yang berkalori tinggi sebagai bagian dari aksi berpuasa.

Efek positif dari sikap ini terjadi. Salah satunya adalah kontrol diri dalam berbelanja makanan dan minuman.

Sebelumnya, saya cenderung berbelanja karena rasa suka pada makanan dan minuman tertentu. Namun, setelah sedikitnya melek dengan kandugan makanan dan minuman, saya pun mengontrol diri dalam berbelanja lantaran saya membeli dengan pertimbangan kandungan makanan dan minuman yang tertera dalam label.

Membangun mentalitas memang mindful eating taklah gampang. Kita perlu membangun komitmen. Kita juga membutuhkan strategi yang bisa membuat hal itu menjadi pola hidup kita setiap hari, dan bukan sekadar langkah sesaat yang gampang hilang dari kebiasaan setiap hari. Lebih baik berkorban saat ini, daripada di kemudian waktu menyesal karena praktik salah makan dan minum.  

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun