Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Real Madrid Kubur Halusinasi Chelsea dan Efektifitas Milan Tumpulkan Napoli

19 April 2023   06:11 Diperbarui: 19 April 2023   06:40 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rodrygo merayakan golnya ke gawang Chelsea di leg kedua babak 8 besar Liga Champions. Foto: AFP/Adrian Dennis via Kompas.com

Terlihat, Chelsea membutuhkan perawatan yang tak gampang. Pasalnya, Lampard juga terlihat kehilangan cara bagaimana meramu skuadnya walau dihuni oleh para pemain berkualitas. 

Terbukti, dari 4 laga Lampard kerap mengotak-atik pemain dan formasi. Kontra Madrid, Lampard mencoba formasi yang berbeda dari tiga laga sebelumnya. Lampard memainkan formasi 3-4-2-1. 

Formasi itu berbeda dari tiga laga sebelumnya. Ketika kalah dari Brighton, Lampard memainkan formasi 4-2-3-1, kontra Madrid di leg pertama formasi Chelsea 3-5-2, dan kontra Wolves yang menjadi laga perdana Lampard, formasi Chelsea adalah 4-3-3. 

Persoalannya, Chelsea tak mempunyai sosok pemain yang pantas sebagai striker. K. Havertz yang didapuk sebagai striker utama masih belum menemukan performa terbaik kala dimainkan sebagai striker tunggal kontra Madrid. 

Lampard juga memilih untuk menepikan R. Sterling dan J. Felix dan memainkan N. Kante dan C. Gallagher sebagai penyerang di belakang Havertz. Alih-alih mau memberikan daya kejut untuk Madrid, malahan Chelsea tetap tampil tampah arah.  

Kante dan Gallagher gagal memanfaatkan peluang emas di depan gawang Madrid. Havertz juga tampil abu-abu sebagai striker di lini depan. 

Memang, intensitas permainan Chelsea agak mencolok dibandingkan Madrid. Namun, Chelsea rupanya tak sadar bahwa mereka melawan tim yang sudah "makan garam" di Eropa selama 11 musim. 

Berada di semifinal merupakan catatan yang sangat mengagumkan untuk Madrid. Madrid tercatat tampil di semifinal untuk 11 musim secara berturut-turut. Karenanya, Madrid tampil di Chelsea dengan mentalitas sebagai raja Eropa. 

Mentalitas itu pula yang menguburkan halusinasi Chelsea. Chelsea boleh saja bermain agresif. Madrid tetap tetap tenang. 

Namun, ketika ada peluang emas terjadi, Madrid memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Dua gol Rodrygo merupakan buah dari mentaltias Madrid yang tak begitu berkoar-koar, tetapi buah dari ketenangan dalam meladeni lawan yang agresif, tetapi tanpa tujuan yang pasti. 

Madrid mengubur halusinasi Chelsea. Misi comeback Chelsea di rumah sendiri gagal. Madrid pun pulang dengan optimisme untuk mencari cara agar bisa tembus final guna mempertahankan trofi Liga Champions Eropa musim ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun