Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hal yang Perlu Dilakukan Saat Menunggu Karena Jadwal Penerbangan Ditunda

13 April 2023   22:43 Diperbarui: 13 April 2023   22:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Bandara. Foto: Dokumentasi Pribadi

Pengalaman menunggu adalah hal yang tak menyenangkan. Kita bisa marah Dan kecewa pada hal menyebabkan kita mesti menunggu. Apalagi jika kita tak mendapat kepastian seberapa lama kita mesti menunggu.

Barangkali Anda pernah mengalami situasi menunggu di bandara gegara jadwal penerbangan ditunda atau pun dibatalkan?

Kita sudah siap. Datang lebih awal ke bandara. Namun, beberapa menit sebelum take off seperti jam yang tercantum dalam tiket, penerbangan kita dinyatakan batal atau juga ditunda sampai penyampaian lebih jauh.

Saya sementara mengalaminya saat ini saat menuliskan dan membuat artikel ini. Kebetulan, saya sementara berada di salah satu bandara bagian selatan Filipina. Hendak terbang ke Manila.

Penerbangan seharusnya 9.15  malam. Namun, dua jam lebih sudah berlalu. Sejam sebelumnya kami sudah check in dan berada di ruang tunggu. Bahkan, kami sempat terburu-buru karena kami berjalan dalam rombongan.

Namun, kabar tak sedap menghampiri. Penerbangan kami ditunda sampai pemberitahuan yang lebih jauh. 

Alasannya karena faktor cuaca. Kebetulan Manila, tujuan perjalanan kami sementara diguyur hujan karena ikut mendapat efek dari taifun yang masuk area Filipina beberapa hari terakhir.

Sontak saja, situasi ini membuat banyak penumpang kecewa. Marah dengan situasi yang terjadi. Jadwal jadi molor. 

Rencana pribadi pun ikut berdampak. Ada pula yang menggerutu karena belum sempat makan malam karena terburu-buru datang ke bandara. Belum lagi dengan penumpang yang membawa anak kecil.

Namun, reaksi manusiawi itu tak membantu dan menyelesaikan masalah yang sementara terjadi. Situasi tetap sama. Kami tetap harus menunggu. Malahan, kami harus menunggu lebih lama daripada waktu yang diperkirakan.

Memang, pada satu sisi sangat sulit untuk menunggu dalam ketakpastian. Terlebih lagi pihak jasa penerbangan tak memberikan kompensasi tertentu seperti menyediakan air minum atau juga makanan.

Di sisi lain, situasi itu secara tak langsung menguji kekuatan mental dan emosional kita.

Lantas, saya pribadi teringat salah isi dari buku dari Jay Shetty yang berjudul Think Like a Monk: Train your mind for peace and purpose every day.

Salah satu benang merah dari buku ini adalah membedah cara hidup kaum biksu atau biarawan yang tinggal di biara. Ulasannya cukup menarik dan bernilai lantaran Jay Shetty mendasari pemikirannya dari pengalaman tinggal di biara seperti biksu.

Tiga yang patut dihindari dari cara hidup di monasteri adalah tak boleh mengeritik, tak boleh komplain dan tak boleh membandingkan hidup dengan orang lain. 

Dalam salah satu diskusi di buku ini, Jay Shetty menyatakan bahwa ketidakdamaian hati kerap terjadi karena komplain dengan situasi yang sementara dialami. Menurutnya, alih-alih berkomplain, lebih baik kita mencari cara agar berdamai dengan situasi dan keadaan.

Apalagi, komplain itu tak menyelesaikan masalah dan hanya menghadirkan kekecewaan dan sakit hati. Untuk itu, kita kontrol diri untuk tak komplain dengan mencari cara-cara positif guna berdamai dengan situasi.

Bertolak dari ide Shetty itu, saya coba mencari cara berdamai dengan situasi sementara menunggu di bandara gegara penerbangan yang ditunda. 

Tujuannya agar saya coba menilai waktu menunggu bukan sebagai beban batin tetapi tetap sebagai kesempatan emas.

Hampir dua jam menunggu dalam ketakpastian, yang saya lakukan, pertama, membaca bahan tertentu yang akan saya manfaatkan pada beberapa hari ke depan. 

Saya juga berupaya merenungkan dan mengolah bahan yang dibaca agar bisa menjadi produk yang kelak siap dipresentasikan.

Ketika kerangka berpikirnya sudah ada, saya pun memikirkan hal produktif lainnya untuk mengisi waktu. Pilihan saya jatuh dalam menulis di Kompasiana.

Saya memanfaatkan kondisi di bandara sebagai bahan tulisan. Pokoknya tentang reaksi sebagian besar orang kala mendengarkan pengumuman pembatalan penerbangan.

Menulis tentang situasi yang terjadi mendamaikan batin. Masa menunggu pun tak menjadi beban yang harus dipikul lantaran saya memiliki aktivitas produktif dan bermanfaat untuk pribadi.

Pendek kata, kita perlu melatih diri untuk menjaga ketenangan batin di tengah situasi sulit seperti pembatalan penerbangan atau pun di tengah waktu menunggu.

Saya kira banyak hal positif yang bisa dilakukan. Misalnya, membaca buku. Konsentrasi pada memanfaat membaca buku daripada melihat hal itu semata-mata sebagai cara untuk mengisi waktu.

Dengan kata lain, lebih memikirkan aktivitas positif yang bermanfaat untuk pribadi daripada berpaku pada situasi negatif yang sementara terjadi.

Komplain umumnya tak menyelesaikan masalah. Yang terjadi malah ketidaknyaman batin atau juga beban batin.

Untuk itu, Kita mesti pandai mencari hal-hal yang membuat Kita berdamai dengan situasi dan serentak membawa situasi tenang untuk diri kita.

Menunggu di bandara karena penerbangan yang batal atau juga ditunda tak akan menjadi beban batin apabila kita melakukan hal-hal yang memberikan manfaat positif untuk hidup kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun