Tiga tim mapan di Liga Inggris, Liverpool, Manchester United (MU) dan Chelsea menghadapi situasi rumit pada pekan ini. Dalam lanjutan pekan ke-28 kompetesi Liga Inggris musim 2022-23, tiga tim mapan ini mengalami kekalahan.
Liverpool Tumbang, Jurgen Klopp Terancam
Liverpool yang bertandang ke stadion Etihad, markas Man City (1/4/23) mengalami kekalahan besar 1-4. Moh Salah dan rekan-rekannya tak berdaya di hadapan superioritas permainan Man City. Jumlah gol yang bersarang ke gawang Liverpool tak hanya membahasakan kedigdayaan Man City, tetapi juga kondisi rumit yang sedang menggerogoti Liverpool.Â
Liverpool dalam kondisi kritis. Tiga kekalahan dari tiga laga terakhir. Akibatnya, Pelatih Jurgen Klopp berada dalam pusaran rumor pemecatan.Â
Pelatih yang sudah berada 7 musim di Liga Inggris terbilang sosok yang fenomenal untuk Liverpool. Walau kondisi Liverpool timpang, terlihat Liverpool nampak enggan untuk begitu saja memecat Klopp.Â
Reputasi Klopp di Liverpool masih kuat. Keberhasilannya membangkitkan aura Liverpool dalam masa kepelatihannya bisa menjadi salah satu alasan di balik keengganan Liverpool.Â
Memang, terlalu beresiko untuk memecatnya kala musim ini hanya tertinggal 2 bulan. Namun, efeknya bisa bermuara pada nasib Liverpool di Liga Champions pada musim depan, di mana Liverpool masih berada jauh di luar empat besar klasemen.Â
Bermain di Liga Champions sebenarnya hanya menjadi satu-satunya target Liverpool. Kekalahan dari Man City pun membuat situasi Liverpool makin kritis. Auranya sebagai tim mapan Liga Inggris runtuh.Â
Kekalahan dari Man City memojokan Klopp. Pelatih asal Jerman ini harus menemukan formula terbaik sebelum Liverpool berubah pikiran di akhir musim.Â
Manchester United Demam Panggung
MU kalah dari Newcastle United (2-0) (2/4/24). Laga yang berlangsung di St. James' Park ini menunjukkan bahwa MU adalah salah satu tim yang ikut terdampak dari jedah internasional.Â
Aura MU runtuh di markas Newcastle. Marcus Rashford gagal menunjukkan sinar konsistensinya. Bruno Fernandes tak bisa menjadi penggerak permainan MU.Â
Padahal, Pelatih Erik Ten Hag menuruntukan formasi terbaiknya kala bertandang ke markas Newcastle. Yang kurang hanyalah Casemiro yang masih dihukum karena sanksi kartu.Â
Dengan formasi andalannya, 4-2-3-1, Ten Hag memercayakan duo gelandang M. Sabitzer dan S. McTominay sebagai gelandang jangkar. Eksperimen itu tak berhasil. Sabitzer dan McTominay gagal menjadi pelindung lini belakang MU.
McTominay kembali dipercayakan turun sejak menit pertama. Besar kemungkinan pemain timnas Irlandia itu dipercayakan sejak menit pertama lantaran performa apiknya bersama timnas. Dalam mana, McTominay mencetak 2 gol kemenangan atas timnas Spanyol di kualifikasi Piala Eropa 2024.Â
Taji McTominay tak tampak saat bermain kontra Newcastle. MU terekspos oleh permainan agresif Newcastle. Tercatat Newcastle mencatatkan 22 tembakan ke gawang MU dengan 6 yang tepat sasar. Sementara MU hanya mencatatkan 6 tembakan dengan 1 mengenai sasaran.Â
Gelandang jangkar menjadi salah satu kekuatan pola taktik Ten Hag. Peran Casemiro musim ini menjadi salah satu faktor, di mana MU kerap bermain apik. Absennya pemain asal Brasil itu membuat kesolidan MU ikut tergerus.Â
Barangkali laga di Newcastle menjadi salah satu performa terburuk MU musim ini. Akibat kekalahan ini, tempat MU di empat besar mulai goyah. Selain itu, upaya MU untuk menyaingi Man City dan Arsenal dalam perburuan trofi Liga Inggris makin sulit.Â
Harapannya, hasil laga itu menjadi awal dari keterpurukan MU. Kendati MU sudah keluar dari lintasan menjadi pesaing trofi Liga Inggris musim ini, MU masih berpeluang meraih trofi Piala FA dan Piala Liga Eropa. Caranya, MU keluar dari situasi "demam panggung" sebagaimana yang ditampilkan kontra Newcastle.Â
Chelsea Pecat Graham Potter, Blunder?
Chelsea akhirnya memecat Pelatih Graham Potter. Keputusan ini diambil setelah Chelsea meraih kekalahan 0-2 dari Aston Villa.
Kekalahan yang cukup menyakitkan lantaran terjadi di kediamanya sendiri, Stamford Bridge. Dalam laga itu, Potter sebenarnya menurunkan skuad terbaiknya, termasuk memainkan beberapa pemain yang dibeli klub pada bulan Januari tahun ini.
Alih-alih menunjukkan kualitas permainannya, Chelsea tak memuaskan publik di Stamford Bridge. Potter yang menggantikan Tuchel gagal menyakinkan publik, The Blues, julukan Chelsea. Â
Di atas kertas, skuad Chelsea tampak mewah dan berkualitas daripada Aston Villa. Akan tetapi, Chelsea kalah dari sistem kerja permainan Aston Villa yang tampil lebih bermain efektif.Â
Titik lemah Chelsea begitu nampak. Chelsea membutuhkan seorang sosok striker murni guna menopang kerja para penyerang Joao Felix, K. Havertz, Sterling, dan M. Murdryk. Para penyerang ini tak bertipe striker murni, tetapi lebih sebagai pendobrak. Terbukti, sumbangan gol mereka pun begitu minim.Â
Pada satu sisi, pemecatan ini barangkali menjadi langkah yang sudah diprediksi sebelumnya. Akibat performa Chelsea yang tak membaik, posisinya sulit bergerak dari posisi tengah klasemen. Jadi, pilihan pemecatan bisa menjadi salah satu langkah Chelsea untuk memperbaiki situasi yang sementara terjadi.Â
Namun, di sisi lain, Chelsea bisa menghadapi kesulitan lantaran Chelsea masih bermain di Liga Champions Eropa. Lawannya di perempat final adalah Real Madrid. Bagaimana pun, peran Potter tak bisa dikesempingkan begitu saja.Â
Makanya, pemecatan pelatih asal Inggris bisa menjadi blunder, dan bukan solusi. Bagaimana pun, skuad Chelsea harus beradaptasi dengan pelatih baru. Apabila proses adaptasinya tak berjalan muluk, Chelsea bukan hanya semakin terkapar di Liga Inggris, tetapi malah kehilangan tempat di Liga Champions Eropa.Â
Oleh sebab itu, pemecatan belum tentu menjadi solusi jangka panjang. Malahan, hal itu bisa menjadi blunder untuk performa Chelsea di Liga Champions Eropa.Â
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI