Dalam lanjutan kompetesi Liga Inggris 2022/23 pekan ke-22, Arsenal mempunyai ambisi besar untuk memantapkan posisinya di puncak. Pasalnya, Arsenal menjamu Manchester City, yang nota bene berada di posisi ke-2 dan hanya terpaut 3 poin dengan Arsenal.Â
Namun, laga antara Arsenal kontra Man City yang berlangsung di stadion Emirates (16/2/23) tak berpihak pada pasukan Mikel Arteta. Man City berhasil meraih 3 poin penuh setelah menang 3-1 atas "Meriam Merah", julukan Arsenal.Â
Sontak saja, kekalahan dini hari tadi menggeserkan Arsenal dari posisi puncak. Arsenal masih berpeluang naik ke posisi puncak jika menang di satu laga tersisa.
Kelebihan Man CityÂ
Laga antara Man City kontra Arsenal seperti laga antara mentor dan murid, antara Pep Guardiola dan Mikel Arteta. Guardiola sekali lagi membuktikan diri sebagai mentor yang sulit ditundukan oleh Arteta di musim ini.Â
Bahkan Guardiola memberikan pukulan yang menyakitkan lantaran Arsenal yang begitu kokoh selama setengah musim akhirnya turun takhta di depan pendukungnya sendiri.Â
Padahal, apabila Arsenal menang, peluangnya bukan hanya menjauh dari Man City, tetapi Arsenal berpeluang untuk mulai perlahan-lahan mengunci gelar. Namun, nasib apes sulit dihindari, dan Arsenal harus kembali berada dalam situasi rumit.Â
Man City memberikan pelajaran berharga untuk Arsenal. Memenangi sebuah laga tak hanya cukup dengan mendominasi laga.Â
Secara mengejutkan, Man City tak bermain dominan. Kevin de Bruyne dand kawan-kawan lebih membiarkan para pemain Arsenal bermain dari kaki ke kaki dan Man City hanya mencari celah untuk melakukan serangan yang mematikan.Â
Terbukti, Man City hanya mencatakan 9 tembakan ke gawang dan 6 yang mengenai sasaran, dan 3 yang berbuah gol. Sementara Arsenal mengoleksi 10 tembakan ke gawang Man City, tetapi hanya 1 yang tepat sasar.Â
Kelebihan Man City adalah tahu memanfaatkan peluang dan bermain efektif. Ketika mendapatkan bola atau Arsenal kehilangan bola, Man City langsung membangun sistem serangan balik langsung memanfaatkan Erling Haaland atau pun dua gelandang sayap lincah dan cepat, R. Mahrez dan J. Jack Grealish.Â
The Citizens tahu bahwa Arsenal akan mengontrol laga. Alih-alih mengimbangi dominasi, Man City lebih cenderung bermain menunggu kesalahan Arsenal dan mencari titik lemah saat sudah kehilangan bola.Â
Man City mempunyai kelebihan yang tak diantisipasi Arsenal.Â
Apa yang salah dengan Arsenal?
Dalam rentang waktu dua minggu, Arsenal mengalami kekalahan Man City. Sebelumnya, Arsenal tersingkir dari piala FA setelah kalah 1-0 dari Man City.Â
Kekalahan itu seyogianya menjadi momen pembelajaran lantaran laga tersebbut menjadi perjumpaan pertama kedua tim pada musim ini. Akan tetapi, Arsenal malah jatuh pada lubang yang sama. Yang menyakitkan, Arsenal kalah di depan pendukungnya sendiri.Â
Performa Arsenal di tiga laga terakihr kurang meyakinkan. Arsenal kehilangan 8 poin dan hanya meraih 1 poin. Konsisten Arsenal sepertinya menjauh dan Arsenal berada dalam bayang-bayang masa lalu.
Sepertinya tak begitu jelas apa yang menjadi sebab dari ketidakkonsisten Arsenal. Namun, apabila ditilik lebih jauh, Arsenal begitu kehilangan sosok Gabriel Jesus, striker yang dibeli dari Man City di awal musim.Â
Pemain timnas Brasil ini menjadi salah satu aktor penting dari konsistensi Arsenal. Sejauh ini, Arteta menggantikan peran Jesus dengan memainkan E. Nketiah, namun Nketiah gagal bermain secara konsisten.Â
Kelebihan Jesus bukan saja dalam urusan mencetak gol, tetapi Jesus juga mampu membuka dan memberikan peluang untuk mencetak gol. Keabsenan Jesus begitu terasa karena keran gol Arsenal tib-tiba mengering.
Arsenal sangat membutuhkan sosok Jesus karena dia bisa membantu pergerakan B. Saka dan G. Marinelli di lini depan. Kerja sam antara Saka, Martinelli, dan Jesus menjadi salah satu sebab dari konsistensi Arsenal.
Selain itu, dalam laga kontra Man City, Arteta melakukan eksperimen yang cukup beresiko. T. Tomiyasu dimainkan sejak menit awal dan Arteta membangkucadangkan Ben White. Padahal, White kerap menjadi pilihan terdepan Arteta. Lalu, pada musim ini Tomiyasu hanya bermain penuh dalam 3 laga. Tomiyasu menjadi salah satu sebab dari gol pertama Man City.Â
Walau Arsenal menguasai jalannya laga dengan kontrol 64 persen dan mencatatkan 10 tembakan, Arsenal gagal menembus lini belakang Man City.Â
City yang hanya menguasai 36 persen lebih bermain efektif dan berhasil memanfaatkan kelengahan dan kesalahan lini belakang Arsenal. Â
Arsenal ngotot untuk mencari gol tambahan. Namun, hal itu tak dibarengi dengan upaya untuk menjaga kosentrasi hingga akhir laga. Dua gol tambahan Man City merupakan buah dari kelenghana lini belakang Arsenal, yang gagal mengantisipasi serangan balik dan posisi pemain Man City.
Pelajaran untuk Arsenal
Kekalahan kontra Man City bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk Arsenal. Walau sudah tergeser ke posisi ke-2 klasemen sementara Liga Inggris, Arsenal masih berpeluang untuk naik ke puncak.
Musim ini masih panjang dan masih banyak hal yang bisa terjadi. Laga kontra Man City bisa menjadi pelajaran untuk Arsenal dalam memenangi setiap laga.Â
Tak cukup mendominasi laga. Bermain efektif menjadi salah satu hal yang perlu dibangun oleh Arsenal.Â
Arsenal mesti belajar dari Man City. Pada titik tertentu, Man City yang dikenal sebagai tim menyerang dan mendominasi laga akhirnya memilih bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik.
Juga, Man City menjaga konsentrasi penuh sepanjang laga. Tak terprovokasi oleh dominasi Arsenal. Malahan, Man City jeli dalam memanfaatkan peluang ketika memegang bola. Â
Lebih jauh, kekalahan ini menjadi alarm serius untuk Arsenal agar segera bangkit. Mau tak mau, Arsenal harus kembali menemukan konsistensinya agar bisa kembali berkuasa di Liga Inggris.Â
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H