Selain itu, dalam laga kontra Man City, Arteta melakukan eksperimen yang cukup beresiko. T. Tomiyasu dimainkan sejak menit awal dan Arteta membangkucadangkan Ben White. Padahal, White kerap menjadi pilihan terdepan Arteta. Lalu, pada musim ini Tomiyasu hanya bermain penuh dalam 3 laga. Tomiyasu menjadi salah satu sebab dari gol pertama Man City.Â
Walau Arsenal menguasai jalannya laga dengan kontrol 64 persen dan mencatatkan 10 tembakan, Arsenal gagal menembus lini belakang Man City.Â
City yang hanya menguasai 36 persen lebih bermain efektif dan berhasil memanfaatkan kelengahan dan kesalahan lini belakang Arsenal. Â
Arsenal ngotot untuk mencari gol tambahan. Namun, hal itu tak dibarengi dengan upaya untuk menjaga kosentrasi hingga akhir laga. Dua gol tambahan Man City merupakan buah dari kelenghana lini belakang Arsenal, yang gagal mengantisipasi serangan balik dan posisi pemain Man City.
Pelajaran untuk Arsenal
Kekalahan kontra Man City bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk Arsenal. Walau sudah tergeser ke posisi ke-2 klasemen sementara Liga Inggris, Arsenal masih berpeluang untuk naik ke puncak.
Musim ini masih panjang dan masih banyak hal yang bisa terjadi. Laga kontra Man City bisa menjadi pelajaran untuk Arsenal dalam memenangi setiap laga.Â
Tak cukup mendominasi laga. Bermain efektif menjadi salah satu hal yang perlu dibangun oleh Arsenal.Â
Arsenal mesti belajar dari Man City. Pada titik tertentu, Man City yang dikenal sebagai tim menyerang dan mendominasi laga akhirnya memilih bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik.
Juga, Man City menjaga konsentrasi penuh sepanjang laga. Tak terprovokasi oleh dominasi Arsenal. Malahan, Man City jeli dalam memanfaatkan peluang ketika memegang bola. Â
Lebih jauh, kekalahan ini menjadi alarm serius untuk Arsenal agar segera bangkit. Mau tak mau, Arsenal harus kembali menemukan konsistensinya agar bisa kembali berkuasa di Liga Inggris.Â