Kelebihan Man City adalah tahu memanfaatkan peluang dan bermain efektif. Ketika mendapatkan bola atau Arsenal kehilangan bola, Man City langsung membangun sistem serangan balik langsung memanfaatkan Erling Haaland atau pun dua gelandang sayap lincah dan cepat, R. Mahrez dan J. Jack Grealish.Â
The Citizens tahu bahwa Arsenal akan mengontrol laga. Alih-alih mengimbangi dominasi, Man City lebih cenderung bermain menunggu kesalahan Arsenal dan mencari titik lemah saat sudah kehilangan bola.Â
Man City mempunyai kelebihan yang tak diantisipasi Arsenal.Â
Apa yang salah dengan Arsenal?
Dalam rentang waktu dua minggu, Arsenal mengalami kekalahan Man City. Sebelumnya, Arsenal tersingkir dari piala FA setelah kalah 1-0 dari Man City.Â
Kekalahan itu seyogianya menjadi momen pembelajaran lantaran laga tersebbut menjadi perjumpaan pertama kedua tim pada musim ini. Akan tetapi, Arsenal malah jatuh pada lubang yang sama. Yang menyakitkan, Arsenal kalah di depan pendukungnya sendiri.Â
Performa Arsenal di tiga laga terakihr kurang meyakinkan. Arsenal kehilangan 8 poin dan hanya meraih 1 poin. Konsisten Arsenal sepertinya menjauh dan Arsenal berada dalam bayang-bayang masa lalu.
Sepertinya tak begitu jelas apa yang menjadi sebab dari ketidakkonsisten Arsenal. Namun, apabila ditilik lebih jauh, Arsenal begitu kehilangan sosok Gabriel Jesus, striker yang dibeli dari Man City di awal musim.Â
Pemain timnas Brasil ini menjadi salah satu aktor penting dari konsistensi Arsenal. Sejauh ini, Arteta menggantikan peran Jesus dengan memainkan E. Nketiah, namun Nketiah gagal bermain secara konsisten.Â
Kelebihan Jesus bukan saja dalam urusan mencetak gol, tetapi Jesus juga mampu membuka dan memberikan peluang untuk mencetak gol. Keabsenan Jesus begitu terasa karena keran gol Arsenal tib-tiba mengering.
Arsenal sangat membutuhkan sosok Jesus karena dia bisa membantu pergerakan B. Saka dan G. Marinelli di lini depan. Kerja sam antara Saka, Martinelli, dan Jesus menjadi salah satu sebab dari konsistensi Arsenal.