Ya, Messi sempat berada di pusaran yang cukup sulit lantaran gagal membawa Argentina para trofi internasional. Ternyata, mimpi Argentina itu membutuhkan waktu. Bukan proses instan.Â
Menariknya, Messi mempersembahkan trofi internasional tatkala sudah berada di usia 34 tahun saat juara Copa America dan 35 tahun saat juara piala dunia.Â
Usia itu terbilang masa menjelang pensiun. Bahkan ada pemain yang sudah pensiun ketika berada usia tersebut.Â
Sepertinya Messi mengajari bahwa kesuksesan tak boleh tunduk pada faktor usia. Percaya pada proses. Selagi berada pada level terbaik, hasil akan datang pada waktu yang diinginkan.Â
Namun, Messi seolah tolak tunduk pad faktor usia. Messi mampu bersaing dengan para pemain muda.Â
Juga, Messi mampu menjadi mentor untuk para pemain muda di kubu Argentina. Faktor pengaruh dan popularitas Messi di timnas membuat kubu timnas terorganisir. Messi mendapat respek kuat sehingga memudahkannya untuk mengkoordinir rekan-rekan setimnya.Â
Piala dunia 2022 adalah pengalaman cukup fenomenal untuk Messi. Kendati pelatih Argentina, Lionel Scaloni menyatakan bahwa Messi bisa bermain di piala dunia 2026, namun energi pasti sudah berbeda. Ambisi pasti agak menurun. Toh, Messi sudah mencapai titik tertinggi dalam karirnya.Â
Sangat sulit membayang Messi bertahan pada level terbaik pada 4 tahun kemudian. Kemungkinan pensiun atau juga tak dipanggil di timnas.Â
Makanya, menjadi juara piala dunia di Qatar terjadi pada waktu yang tepat untuk karir dari pemain yang berjuluk La Pulga ini.Â
Messi meruntuhkan keraguan. Keraguan tatkala Argentina kalah di laga perdana dari tangan Arab Saudi. Sebagai kapten tim, Messi membangkitkan asa rekan-rekan setimnya untuk bangkit.Â
Sama halnya kesabaran Messi menanti kesempatannya meraih trofi piala dunia. Setelah dua dekade masa kejayaannya di panggung sepak bola dunia, akhirnya pemain yang dididik di akademi la Masia Barcelona ini pun menjadi juara dunia.