Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Dampak dari Pembagian Jabatan karena Faktor Perkoncoan

13 September 2022   19:32 Diperbarui: 13 September 2022   19:38 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dunia kerja. Foto: Shutterstock via Kompas.com

Kepemimpinan di sebuah organisasi atau pun institusi sejatinya terbangun atas dasar kualitas dan kredibilitas. Pemimpin tak terpilih bukan sekadar suara mayoritas, atau pun konsensus bersama, tetapi karena memang sudah teruji dan terukur dari pelbagai aspek positif.  

Ketika seseorang dipilih atau ditentukan untuk menampuk sebuah jabatan tertentu, orang itu dinilai mempunyai kualitas untuk memimpin dan kredibilitas untuk mempertanggungjawabkan jabatannya secara jujur dan benar. 

Sama halnya pula dalam pembagian jabatan dari seorang pemimpin kepada bawahannya. Seyogianya, dia membagi jabatan atas dasar kualitas dari orang yang ditempatkan pada jabatan tertentu. 

Tujuannya, agar hal itu membentuk efektivitas yang positif dari gerak dan sistem kerja organinasi dan instituasi. 

Gerak dan sistem kerjanya berjalan sebagaimana mestinya karena ditopang oleh pemimpin dan staf yang benar-benar mempunyai kualitas dan kredibilitas tertentu. 

Untuk itu, pembagian jabatan tak boleh semberono. Harus mempertimbangkan pelbagai aspek yang menjadi kriteria untuk orang yang dipilih dan ditentukan untuk jabatan dalam sebuah organisasi kerja. 

Salah satu persoalan yang kerap tertjadi terjadi dalam memilih seorang untuk menduduki jabatan adalah karena faktor perkoncoan atau pertemanan. 

Faktor perkoncoan itu bisa terbentuk karena kesamaan latar belakang seperti asal, budaya, agama. Juga, kerap kali  perkoncoan terjadi karena faktor kesamaan sekolah. Sama-sama duduk di sekolah yang sama atau juga teman kelas di sekolah tertentu.   

Motif pembagian jabatan berdasar pada faktor perkoncoan pun bermacam-macam. 

Ada yang menempatkan dan memberikan seorang koncoh tertentu pada jabatan tertentu guna mengamankan kepentingan  tertentu. Kepentingana itu pun menjadi kepentingan kelompok, yang mana sulit diganggu gugat oleh pihak lain.  

Ada pula  pemimpin yang menempatkan teman kelasnya pada posisi strategis di organisasi dan institusi yang dipimpinnya untuk menunjukkan keunggulan angkatan mereka atau pun latar belakang mereka kepada orang lain.  

Tak masalah apabila penempatan itu berdasarkan pada kebutuhan institusi dan bisa menuntun institusi pada jalur yang tepat. 

Persoalannya, ketika penempatan itu malah memberikan dampak yang merugikan untuk institusi. 

Hal itu terjadi karena yang dipilih, dalam hal ini teman, tak memenuhi standar kepemimpinan yang dikehendaki dan diinginkan oleh institusi. 

Juga, pelbagai dampak bisa terjadi ketika pembagian jabatan dalam sebuah organisasi dan instituasi hanya mementingkan faktor perkoncoan. 

Pertama, adanya tingkah laku pembiaran pada kesalahan yang dilakukan oleh salah satu staf yang nota bene dekat dengan pimpinan organisasi.  

Ketika ada teman yang duduk di jabatan tertentu melakukan kesalahan, hal itu tak dipersoalkan dan dievaluasi secara mendalam. 

Atau juga, saat ada laporan yang muncul, pimpinan cenderung diam dan tak menindaklanjuti laporan itu. Malahan, yang bersangkutan tetap dipertahankan.

Tentu saja, sikap ini tak hanya mempengaruhi kerja di dalam instituasi. Lebih jauh, hal ini merusak relasi di ruang kerja. Ketidakpercayaan dari pekerja lain muncul, yang bisa saja berujung pada persekongkolan untuk melakukan protes kepada lembaga. 

  

Kedua, Bekerja lebih untuk mencari kepentingan perkoncoan. Kepentinga itu bisa saja untuk saling menyenangi di antara satu sama lain, tetapi mengabaikan kepentingan bersama. 

Ya, banyak kali pembagian jabatan karena faktor perkoncoan lebih karena kepentingan tertentu. Kepentingan itu bisa berupa jabatan, finansial, dan keuntungan-keuntungan tertentu.  

Agar kepentingan itu bisa tercapai, maka salah satu cara adalah memilih orang-orang yang bisa dikontrol, bisa diajak untuk bekerja sama untuk mencapai kepentingan tertentu, hingga mampu mengamankan kepentingan tertentu.

Hal ini sangat berdampak pada visi dan misi instituasi. Visi dan misi institusi diabaikan karena yang lebih dipentingkan adalah kepentingan kelompok tertentu. 

Alhasil, laju kerja insitusi juga berada di luar jalur yang tepat karena sudah dipengaruhi oleh kepentingan kelompok tertentu. 

Efek lebih jauhnya, institusi gampang jatuh dan hancur karena fondasinya rapuh akibat dari tak adanya kekuatan dari pimpinan dan stafnya untuk menopang dan merealisasikan visi dan misi lembaga. 

Membagi jabatan karena faktor perteman dan perkoncoan sangat beresiko untuk sebuah insituasi. Resikonya bisa memberikan efek negatif pada institusi apabila pembagian jabatan itu mengabaikan kualitas dan kredibilitas dari orang-orang yang dipilih.

Sejatinya, pembagian jabatan harus selalu mempertimbangkan kualitas dari setiap pihak. Tujuannya, agar sistem kerja di lembaga terus meningkat dan tak goyah karena ditopang oleh orang-orang yang berkualitas. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun