Ada pula  pemimpin yang menempatkan teman kelasnya pada posisi strategis di organisasi dan institusi yang dipimpinnya untuk menunjukkan keunggulan angkatan mereka atau pun latar belakang mereka kepada orang lain. Â
Tak masalah apabila penempatan itu berdasarkan pada kebutuhan institusi dan bisa menuntun institusi pada jalur yang tepat.Â
Persoalannya, ketika penempatan itu malah memberikan dampak yang merugikan untuk institusi.Â
Hal itu terjadi karena yang dipilih, dalam hal ini teman, tak memenuhi standar kepemimpinan yang dikehendaki dan diinginkan oleh institusi.Â
Juga, pelbagai dampak bisa terjadi ketika pembagian jabatan dalam sebuah organisasi dan instituasi hanya mementingkan faktor perkoncoan.Â
Pertama, adanya tingkah laku pembiaran pada kesalahan yang dilakukan oleh salah satu staf yang nota bene dekat dengan pimpinan organisasi. Â
Ketika ada teman yang duduk di jabatan tertentu melakukan kesalahan, hal itu tak dipersoalkan dan dievaluasi secara mendalam.Â
Atau juga, saat ada laporan yang muncul, pimpinan cenderung diam dan tak menindaklanjuti laporan itu. Malahan, yang bersangkutan tetap dipertahankan.
Tentu saja, sikap ini tak hanya mempengaruhi kerja di dalam instituasi. Lebih jauh, hal ini merusak relasi di ruang kerja. Ketidakpercayaan dari pekerja lain muncul, yang bisa saja berujung pada persekongkolan untuk melakukan protes kepada lembaga.Â
 Â
Kedua, Bekerja lebih untuk mencari kepentingan perkoncoan. Kepentinga itu bisa saja untuk saling menyenangi di antara satu sama lain, tetapi mengabaikan kepentingan bersama.Â