Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Konsistensi Hidup Beragama Sadio Mane di Bayern Munchen

30 Agustus 2022   11:07 Diperbarui: 30 Agustus 2022   11:08 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sadio Mane merayakan golnya bersama rekan-rekannya di Bayern Munchen. Foto: Christof Stache via Kompas.com

Hidup pribadi pesepakbola terkenal kerap menjadi sorotan. Kehidupan pribadi itu bisa menyangkut hidup harian di rumah pribadi, keluarga para pemain, hingga urusan keagamaan.

Hidup keagamaan seorang pesepakbola akan gampang teridentifikasi lewat bahasa tubuh ketika memasuki lapangan sebelum pertandingan, sewaktu melakukan selebrasi karena mencetak gol, hingga saat berkumpul bersama para pemain lain.

Tercatat beberapa pemain sepak bola terkenal taat dalam menghidupi ajaran agama. Contohnya Mohamed Salah dan Sadio Mane yang beragama Islam.

Kedua pemain ini terbilang sebagai sosok yang taat menghidupi ajaran agama.

Konon, cara hidup Mohamed Salah sempat memberikan inspirasi masyarakat di kota Liverpool, di mana terjadi penurunan phobia pada agama Islam.

Hal yang sama juga dengan Sadio Mane, yang getol membangun rumah ibadah di negaranya, Senegal. Selain aktif dalam kegiatan  amal, Mane juga terbilang sebagai penganut agama yang konsisten.

Dalam arti, Mane tak hanya menghidupi ajaran agamanya sewaktu melakukan selebrasi karena mencetak gol, atau juga pada hari-hari raya besar.

Konsistensi Mane dalam menghidupi ajaran Islam nampak saat berhadapan dengan situasi-situasi yang berseberangan dengan keyakinannya.

Misalnya, ketika masih berseragam Liverpool, Mane dan Salah memilih untuk tak berselebrasi merayakan keberhasilan Liverpool dengan meminum minuman alkohol. Keputusan ini adalah bagian dari keyakinan yang dianut oleh si pemain.

Yang paling santer saat ini ketika Mane sudah pindah dan berseragam Bayern Munchen.

Dalam salah satu sesi foto bersama rekan-rekan setim di Bayern munchen untuk acara festival Oktoberfest, Mane dan Noussair Mazraoui tampak tak memegang gelas yang berisi bir Pauliner.

Sontak saja, apa yang ditunjukan Mane dan rekannya, Mazraoui yang juga beragama Islam menuai pujian dari netizens.

Apa yang ditunjukan oleh Mane merupakan gambaran dari konsistensinya dalam menghayati hidup keagamaannya. Ada kesinambungan antara apa yang dipercayai dengan praktik dalam kehidupan nyata.

Sebenarnya, bukan sekali ini saja Mane menunjukkan konsistensinya dalam menghidup hidup imannya. Pernah juga terjadi sewaktu Liverpool menjadi juara Piala Carabao di bulan Februari tahun ini.

Rekan setimnya sewaktu masih Liverpool, Takumi Minamo memberikannya botol Champagne, namun dengan halus Mane menolak pemberian itu. Minamo pun meletakan botol itu, dan kemudian melanjutkan selebrasi dengan Mane.

Konsistensi Mane dalam menghidupi ajaran agama merupakan pelajaran untuk siapa saja, terlebih khusus dalam penghayatan hidup beragama.

Hemat saya, pelajaran yang paling pertama bahwa kesuksesan di dunia ini tak boleh begitu saja melunturkan dasar keimanan. Malahan, kesuksesan itu seyogianya makin menguatkan iman pribadi.

Mane tampak tak silau dengan hal-hal duniawi. Dia tetap fokus pada apa yang diimani, terlepas situasi kehidupan yang terjadi.

Konsistensi Mane dalam menghidupi ajaran agama bukannya dicela atau pun menjadi batu sandungan dalam berelasi dengan para pemain lain, tetapi malah menciptakan rasa respek yang mendalam.

Lebih jauh, kita bisa melihat bahwa rasa respek dari sesama akan tercipta apabila kita konsisten menghidupi apa yang kita percayai lewat kata-kata dan tingkah laku kita.

Hal itu sangat jelas dari apa yang ditunjukan oleh Mane. Sikap Mane tak dikritisi karena berseberangan dengan tradisi klub. Malahan, sikapnya itu tetap dihargai.

Pelajaran penting lain juga adalah beriman itu bukan soal mengikuti suara dan gerak mayoritas semata. Akan tetapi, beriman mesti berfondasi kuat dari dalam diri.

Dalam arti, situasi tak sekiranya melunturkan iman kita. Situasis mayoritas sekiranya tak menggerus apa yang kita yakini.

Mane berada sebagai pihak minioritas di Munchen. Kendati demikian, Mane tak gampang mengikuti gerak laku mayoritas hanya untuk kepentingan bisnis atau pun tradisi klub semata.

Sama halnya dengan kita. Apabila kita beriman, kita sekiranya fokus pada iman kita itu, dan tak mempunyai sikap plin-plan karena situasi dan suara mayoritas.

Selain itu, apa yang ditunjukkan oleh Mane juga tak lepas dari dukungan situasi sosial, dalam hal ini, Bayern Munchen sebagai sebuah klub.

Oktoberfest merupakan festival tahunan di Jerman. Pada tahun 2023 ini, Oktoberfest berlangsung dari tanggal 17 September sampai 3 Oktober.

Umumnya, dalam festival ini, bir menjadi minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat. 

Sesi foto pasukan Bayern Munchen merupakan bagian dari promosi dan upaya memeriahkan festival tahunan ini. 

Walau acara ini merupakan program tahunan dan sudah menjadi tradisi klub, tetap klub menghargai pilihan pemain untuk tak memegang gelas yang berisi bir.

Dengan ini, langkah klub sepak bola yang menghargai iman seorang pemain patut diapresiasi. Tanpa dukungan iklim klub yang tolerir, barangkali aksi Mane menimbulkan pro dan kontra di kalangan tertentu.

Namun, Bayern Munchen tampil sebagai klub yang tolerir, yang mana menghargai penghayatan keyakinan dari pemainnya.

Hal ini pun seolah mengingatkan kita bahwa penghargaan terhadap hidup beragama setiap individu juga sangat bergantung pada situasi sosial. 

Konteks sosial mesti menjadi lokus yang mendukung dan berlaku tolerir untuk perbedaan yang terjadi.

Mane menjadi model untuk kita agar kita pun konsisten menghidup ajaran agama dalam kehidupan kita setiap hari.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun