Situasi tim seperti ini bisa memengaruhi mentalitas Casemiro untuk beradaptasi. Popularitasnya dengan Madrid pastinya menarik ekspektasi tinggi di Old Trafford.Â
Persoalannya, ketika ekspektasi itu tak berjalan sebagaimana mestinya.
Suporter kecewa dengan klub, termasuk Casemiro, dan Casemiro juga harus siap mental mengalami masa-masa sulit karena gagal mengangkat permainan MU.
Selain itu, Casemiro masuk ke iklim liga yang berbeda. Casemiro memang dikenal sebagai gelandang pekerja keras, pandai melakukan tekel, jeli memotong aluran bola lawan, dan kuat dalam urusan duel satu lawan satu.
Kerja Casemiro ini ditopangi oleh para pemain lain seperti Luca Modric dan Toni Kroos dengan iklim sepak bola yang berbeda. Jadi, Casemiro cenderung bermain kotor dalam meruntuhkan serangan lawan atau konsentrasi pemain depan lawan.
Namun, peran ini akan menghadapi tantangan besar di Liga Inggris. Iklim sepak bola di Inggris sangat berbeda di Spanyol.
Bukan rahasia lagi jika sepak bola Inggris kerap menekankan faktor kecepatan dan tuntutan ketahanan fisik pemain. Duel keras dengan pemain lawan kerap menjadi warna yang menghiasi sepak bola Inggris. Apabila tak kuat, emosi bisa meledak-ledak.
Misalnya, insiden yang menimpa Darwin Nunez yang dibeli oleh Liverpool dari Benfica. Pemain timnas Uruguay ini kehilangan emosi saat diprovokasi pemain lawan.
Bukan tak mungkin, provokasi yang sama akan berlaku untuk Casemiro. Pengalaman di Madrid belum tentu menjadi jaminan untuk membuat si pemain tenang dalam menghadapi tekanan.
Maka dari itu, Casemiro belum tentu menjawabi persoalan yang dihadapi oleh MU secara total.Â
Toh, performa sebuah tim sangat bergantung pada tiap lini, dan tak hanya mengandalkan satu pemain semata. Casemiro boleh saja menutup salah satu lubang, namun lubang yang lain masih terbuka lebar.