Pemecatan Ole Gunnar Solksjaer memberikan lubang tersendiri. Michael Carrick, yang sebelumnya berposisi sebagai asisten pelatih, dipilih sebagai pelatih sementara Manchester United.
Status Carrrick bisa bergantung pada situasi. Apabila performa Man United membaik, bukan tak mungkin mantan gelandang MU ini bisa dipertahankan.
Kalau tidak, Carrick harus merelakan tempatnya kepada pelatih baru yang merupakan pilihan manajemen MU.
Sebagai pelatih interim, Carrick mempunyai tantangan yang cukup serius. Tantangan paling pertama dan utama adalah mengembalikan mentalitas para pemain MU ke level terbaik.
Tak menutup kemungkinan jika kepergian Ole menjadi pukulan dan menghadirkan kecemasan pada beberapa pemain. Sebut saja, pemain yang selalu diandalkan oleh Ole selama masa kepelatihannya.
Tempat mereka bisa terancam karena Ole yang kerap memberikan tempat di skuad utama sudah pergi. Jadi, bayang-bayang ketakpastian di bawah pelatih baru bisa ikut mempengaruhi mentalitas pemain.
Maka dari itu, Carrick harus berupaya mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain. Termasuk berupaya untuk menetralkan suasana yang diakibatkan oleh pemecatan Ole.
Tim harus move on. Tengah pekan ini, MU akan berhadapan dengan Villareal. Hasil laga bisa memengaruhi peluang MU melaju ke babak selanjutnya.
Tantangan kedua yang diemban oleh Carrick adalah mendamaikan ruang ganti. Ruang ganti MU dihuni oleh beberapa pemain bintang, yang memiliki reputasi tersendiri.
Cristiano Ronaldo yang datang pada musim ini sudah dipandang sebagai legenda MU. Kehadirannya pasti memberikan efek di ruang ganti.
Pada titik ini, Carrick berupaya agar efek dari satu atau sejumlah pemain di ruang ganti tak boleh menciptakan ketidakseimbangan tim.
Bagaimana pun, kendati status Carrick adalah pelatih sementara, namun kebijakan dan keputusannya perlu berdaya kuat pada kesatuan dan keharmonisan ruang ganti.
Termasuk, upaya Carrick untuk mengontrol emosi para pemain ketika tak diturunkan atau pun diganti. Tak gampang untuk mengganti Ronaldo. Namun, keputusan mesti dibuat apabila taktik tim memang membutuhkan perubahan.
Tantangan yang paling terakhir adalah mengembalikan MU pada jalur kemenangan. Kekalahan kontra Watford memang menyakitkan.
Kekalahan itu menunjukkan sisi lemah MU. Kendati berisi pemain berkualitas, MU kalah ambisi dan energi dari Watford.
Karenanya, kemenangan tak selalu ditentukan oleh kebintangan seorang pemain. Akan tetapi, hasil baik selalu tercapai berkat permainan tim. Permainan tim itu dipoles dengan semangat dan ambisi untuk meraih kemenangan.
MU harus berpikir bagaimana untuk memenangkan pertandingan. Pola pikir seperti ini bisa mendorong para pemain untuk meraih kemenangan, daripada sekadar bermain mencari titik aman, tetapi kemudian meraih kekalahan yang tak terduga.
Carrick menghadapi tantangan yang serius sebagai pelatih MU. Performa timnya dalam laga kontra Villareal bisa ikut menentukan arah pikiran manajemen MU.
Pasalnya, sampai saat ini MU masih berkutat dalam pelbagai isu tentang pelatih yang tepat untuk menggantikan tempat Solksjaer. Paling tidak, nama-nama beredar di publik, yakni Erik Ten Hag, Zinedine Zidane, Brendan Rodgers, Luis Enrique, dan Mauricio Pochettino.
Di balik nama-nama ini, muncul keraguan dari MU sendiri dan dari para nama-nama ini. Misalnya, Luis Enrique yang kabarnya menjadi pilihan Cristiano Ronaldo lebih mengatakan jika ketertarikan MU seperti April Mob/1 April yang dipandang sebagai hari tipu.
Pochettino yang sementara melatih tim PSG juga muncul ke permukaan. Sebelumnya, MU sudah tertarik pada pelatih asal Argentina ini.
Pochettino kabarnya mau menerima tawaran MU. Kendati melatih tim yang menjanjikan, Pochettino terlihat sulit berhadapan dengan beban ruang ganti PSG yang dihuni oleh para pemain bintang.
Selain itu, alasan keluarga. Sampai saat ini, keluarga Pochettino masih tinggal di London, sementara di Paris Pochettino tinggal di apartemen.
Isu liar pun beredar lebih jauh. Apabila Pochettino mendarat di Old Trafford, Zidane yang juga ditargetkan oleh MU bisa menggantikan tempat Pochettino di PSG. Zidane menjadi pilihan PSG karena faktor latar belakang sebagai orang Prancis dan reputasinya di kancah sepak bola.
Juga, tak menutup kemungkinan jika MU memilih Brendan Rodgers yang sementara melatih Leicester City. Namun, pilihan ini bisa meragukan suporter MU apabila menimbang kekalahan Leicester di tangan pasukan Chelsea 0-3 pekan ini.
Di tengah pelbagai isu tentang pelatih baru MU, terlihat MU berada dalam pilihan sulit. Pemecatan Solksjaer seperti keputusan yang tiba-tiba.
Padahal, isu pemecatan Solksjaer sudah lama beredar di publik. Kalau direnungkan, manajemen MU sudah seharusnya berpikir dari jauh tentang sosok pengganti yang tepat kalau keputusan di ambil.
Ketika Solksjaer dipecat, MU langsung mengeksekusi rencana dan keputusan untuk pelatih baru. Jadi, tak menunggu waktu lama untuk mencari dan memilih pelatih baru.
Apalagi MU harus masuk ke klub lain hanya untuk "mencaplok" pelatih yang sementara terikat dengan kontrak.
Pilihan MU pada pelatih baru tidaklah gampang. Pilihan itu menjadi sulit ketika yang ditargetkan mempunyai tuntutan tersendiri atau pun masih terikat dengan kontrak tertentu.
Selain itu, pilihan MU juga makin sulit apabila situasi interen klub juga kocar-kacir. Pastinya, seorang pelatih tak begitu gampang mengambil risiko karena itu bisa mempertaruhkan reputasinya sebagai seorang pelatih.
Untuk saat ini, MU berharap pada pelatih sementara, Michael Carrick. Performa Carrick dalam meracik tim yang sementara bergejelok dengan situasi di tim bisa menentukan arah pikiran manajemen MU tentang sosok pengganti Solksjaer.
Salam Bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H