Kare ini, tak sedikit suporter yang menilai jika Gerrard bisa menjadi pelatih masa depan di Liverpool.
Barangkali karir dan kesuksesan Gerrard di Rangers ini menjadi salah satu pertimbangan Aston Villa. Secara resmi Villa berhasil mendatangkan Gerrard sebagai pelatih.
Dari sisi pengalaman sebagai pemain, Gerrard memiliki segalanya. Ban kapten Liverpool dan timnas Inggris yang pernah melingkar di lengannya menjadi bekal bagi Gerrard mengarungi kompetesi di Liga Inggris.
Paling tidak, Gerrard tak butuh banyak waktu untuk beradaptasi dengan iklim sepak bola Inggris. Memang, masih ada perbedaan kuat ketika masih berstatuskan sebagai pemain dan menjabat sebagai pelatih.
Perbedaan itu bisa berupa tuntutan tugas. Ketika masih aktif bermain, Gerrard hanya berupaya mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan menjadi pemimpin di antara rekan-rekan setimnya di Liverpool di lapangan hijau.
Sementara sebagai pelatih, Gerrard harus mampu memberikan kesatuan, tidak saja di dalam lapangan tetapi juga di luar lapangan. Juga, lanskap pengambilan keputusan dan kebijakan bagi tim menjadi lebih luas bila dibandingkan dengan statusnya sebagai pemain.
Pada titik ini, Gerrard harus mampu mengambil keputusan yang tepat tentang formasi tim, pemain yang pantas diturunkan, dan keputusan berani di tengah situasi terjepit.
Pendeknya, Gerrard tak hanya berhadapan dengan iklim sepak bola Liga Inggris, tetapi dia juga berhadapan dengan sistem kerja dari sebuah klub.
Aston Villa sementara berada dalam situasi timpang. Dari lima laga terakhir, Aston Villa selalu meraih kekalahan. Tempatnya pun terjungkal ke posisi 16 klasemen Liga Inggris.
Padahal, Aston Villa dikenal sebagai salah satu "kuda hitam" di Liga Inggris. Keberadaannya kerap mengganggu kemapanan tim-tim besar. Status ini pun melempem di beberapa laga terakhir. Â
Artinya, tugas Gerrard di Villa tidaklah mudah. Tugas paling pertama adalah mengembalikan performa tim pada jalur yang benar.