Contohnya, Henderson, pemain Liverpool. Awal Euro 2020, Henderson tidak tampil karena faktor cedera. Kalvin Phillips dan Rice dinobatkan sebagai gelandang bertahan. Hasilnya cukup memuaskan, dan seolah membuat Inggris tak kehilangan Henderson.
Saat Henderson pulih, dia harus bermain dari bangku candangan. Phillips dan Rice tetap bertahan di posisi yang sama.
Sama halnya dengan nasib Jadon Sancho, Grealish, dan Rashford yang masih kalah pamor dengan Mason Mount, Bukayo Saka, dan Phil Foden.
Pendeknya, Southgate memilih pemain secara tepat. Ketetapan bukan karena faktor popularitas semata, tetapi kualitas individu yang dimiliki oleh pamain.
Dengan ini, Southgate merupakan orang yang tepat dalam melatih timnas Inggris yang bertabur bintang. Dengan kehdarian Southgate, Inggris berhasil menjadi pasukan yang tidak menonjolkan kualitas individu, tetapi tim yang sungguh-sungguh bermain sebagai tim.
Juga, Southgate memberikan pelajaran berharga bagi penampilan Inggris. Kegagalan di Euro 2020 bukanlah akhir.
Piala Dunia 2022 bisa menjadi ajang untuk menguji kembali kualitas yang ada. Terlebih lagi, sebagian besar para pemain yang bermain untuk timnas rata-rata anak muda.
Selama untuk Inggris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H