Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Tiga Jalan Membangun Kesehatan Rohani Selama Masa Berpuasa

29 April 2021   20:05 Diperbarui: 3 Mei 2021   14:00 2776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dalam kaca mata iman, berpuasa merupakan momen untuk mendekatkan diri dengan Sang Khalik. Dengan berpuasa, kita mengontrol diri. 

Kontrol keinginan diri kita, dan berupaya untuk mendekatkan diri dengan Allah sekaligus berupaya setia menjalankan kehendak-Nya. Jadi, berpuasa bukan saja soal tidak makan dan minum.

Ini merupakan latihan rohani. Sekiranya, tidak terbatas pada waktu tertentu. Semisal, berpuasa hanya tunggu masa puasa yang telah diatur oleh agama. Lebih bermakna, kalau aktivitas berpuasa menjadi rutinitas dari praktik hidup beragama.

Selalu dikatakan bahwa tubuh yang bersih selalu berdiam jiwa yang sehat. Maka dari itu, kita perlu memanfaatkan momen berpuasa sebagai kesempatan untuk membangun kesehatan rohani.

Hemat saya, 3 cara membangun kesehatan rohani selama berpuasa.

Pertama, Berefleksi

Kita perlu waktu menyendiri. Sendiri dengan diri kita sendiri dan kesendirian bersama Allah. Itu bisa dilakukan entah itu lewat berdoa, merenungkan ayat-ayat Kitab Suci, maupun berefleksi melihat jalan hidup kita yang telah berlalu.

Singkirkan dulu kesibukan yang tak perlu. Phone dimatikan untuk sementara waktu. Lalu, kita mencari momen di mana hanya ada diri kita dalam kesunyian. Kita merenung. Berefleksi tentang diri kita dan relasi kita.

Berefleksi merupakan kesempatan untuk melihat dan masuk ke dalam diri kita. Tidak gampang masuk ke dalam diri. Apalagi kalau kita mempunyai kenangan-kenangan masa silam yang penuh duka dan kegelapan.

Juga, tidak gampang menyendiri. Tak sedikit orang yang cemas menyendiri. Tak sedikit pula yang tidak betah menyendiri karena sudah terbiasa dengan pelbagai macam aktivitas.

Kendati demikian, kita perlu berupaya menyendiri untuk berefleksi. Lewat berefleksi kita bisa melihat dan menemukan pelbagai hal yang patut kita syukuri dan perbaharui dalam hidup ini.

Lewat berefleksi kita bisa melihat dan memahami diri kita. Hal itu pun bisa menjadi jalan bagi kita membangun diri kita menjadi pribadi yang sungguh beriman.

Kedua, Mengampuni.

Mengampuni tak segampang dengan yang diucapkan. Ini butuh kesediaan dan keberanian hati untuk memaafkan orang yang telah melukai hati kita.

Mengampuni bisa menjadi cara untuk melepaskan kita dari luka batin. Kita melepaskan sakit hati kita lewat berdamai dengan orang yang telah melakukan kesalahan kepada kita. Akan tetapi, hal itu tidaklah gampang. Selalu butuh latihan keras.

Latihan itu bisa lewat berefleksi. Berdoa. Kita memohon Allah yang memampukan kita. Tidak ada yang mustahil.  

Mengampuni merupakan cara untuk membangun kesehatan rohani. Pikiran dan hati kita terbebaskan dari luka batin. Dengan ini, bukan saja orang yang diampuni merasa lega. Namun, kita juga akan terbebaskan dari pelbagai luka batin.

Harapannya, kesempatan berpuasa menguatkan kita untuk memaafkan. Daripada kita menunggu akhir hidup untuk memaafkan, lebih baik kita mengutarakannya saat kita masih bersama.   

Ketiga, Bersedekah

Saya pernah membaca sebuah ungkapan yang cukup menarik. Tidak ada orang miskin yang tidak bisa memberi, dan tidak ada orang kaya yang tidak bisa menerima.

Barangkali maksud dari slogan ini adalah setiap orang mempunyai kemampuan memberi. Memberi bukanlah pekerjaan satu dan segelintir orang. Ini bisa dilakukan oleh siapa saja.

Sama halnya dengan bersedekah. Bersedekah bukanlah aksi yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan material.

Namun, bersedekah merupakan aksi iman. Aksi yang paling nyata dalam mewujudkan iman kita.

Kita menyatakan iman kepada Allah dengan membantu sesama kita. Meski tidak banyak, tetapi kalau berasal dari hati, pemberian itu sangat berharga di mata penerima.

Bersedekah bisa menjadi obat jiwa. Pastinya, kita bahagia karena ada sesama yang merasa senang dan puas dengan pemberian kita.

Kesehatan rohani merupakan fondasi hidup kita. Sekiranya, kita berupaya membangun kesehatan rohani agar kita bisa menjalankan kehidupan kita dengan bebas dan optimis sebagai umat beriman. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun