Padahal, hal ini belum tentu benar. Pasalnya, penilaian itu hanya bertolak dari salah satu aspek kehidupan.
Coba kalau orang kota ke kampung. Belum tentu, mereka bisa menghidupi cara hidup orang kampung. Malahan, mereka sendiri bisa gagap dengan apa yang dihidupi oleh orang-orang di kampung.
Merasa diri superior atas budaya orang lain menciptakan gap dalam relasi. Orang tersisih. Orang akan menjauh.
Sebenarnya, tidak ada budaya yang superior dan inferior. Semua budaya sama. Perbedaan yang terjadi membahasakan keunikan setiap budaya. Malah, perbedaan itu bisa menjadi kekayaan dan pelajaran di antara satu sama lain dalam kehidupan sosial.
Di samping itu, tidak perlu merasa inferior saat berhadapan dengan budaya orang lain. Hadapi budaya itu sembari belajar hal-hal yang positif darinya.
Sebaliknya, juga kita tidak perlu merasa superior saat cara hidup seseorang begitu berbanding terbalik dengan cara hidup kita. Perlu kita menghargai hal itu sebagai bagian dari hidup mereka. Walaupun apa yang dilakukan itu dinilai rendah dalam konteks budaya kita.
Prinsipnya, setiap budaya mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan ini menjadi poin yang membedakan dan kekayaan yang bisa dipelajari.
Makanya, merasa diri superior sembari merendahkan budaya lain hanya menimbulkan gap dalam relasi. Bahkan perpecahan dan konflik tidak bisa dihindari.
Dengan kata lain, kita perlu merasa bangga dengan budaya yang kita miliki. Kita pun perlu menghargai budaya yang dihidupi oleh orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H