Saat menyebut masyarakat asli ini, pikiran beberapa orang selalu tertuju pada stigma tersebut. Bahkan saat ada orang yang berpenampilan kotor, bau, malas mandi, walau bukan berasal dari masyarakat asli ini, mereka juga langsung mengasosiasikan dengan masyarakat asli ini.
Barangkali hal ini terjadi karena penampilan beberapa masyarakat asli jika mereka turun ke wilayah perkotaan. Beberapa di antaranya memang tidak terlalu peduli pada penampilan. Terkesan kotor. Karena ini, mungkin masyarakat memberikan generalisasi secara umum.
Kerap kali mereka datang ke kota menjelang Natal atau perayaan di kabupaten dan provinsi. Tidak sedikit dari antara mereka yang meminta makanan dan uang dari rumah ke rumah pada situasi perayaan seperti itu.
Memang tidak semua. Hanya saja, stigma buruk cukup kuat hingga memandang rendah keberadaan budaya masyarakat asli ini.
Stigma ini melahirkan perasaan superior. Budaya dari orang-orang yang tinggal di wilayah kota dan pesisir dinilai lebih tinggi daripada masyarakat asli yang tinggal di wilayah pegunungan. Budaya direndahkan hanya karena faktor penampilan. Â
Ini adalah salah satu contoh di mana orang-orang merasa budaya mereka lebih superior daripada budaya orang lain. Merasa superior karena faktor penampilan luar yang dinilai berbeda sama sekali. Padahal, penampilan luar tidak bisa menjadi standar utama untuk menilai budaya seseorang.
Hal sama kadang-kadang terjadi dalam konteks kehidupan kita. Misalnya, klasifikasi antara orang pusat dan orang daerah atau juga orang kota dan orang kampung.
Klasifikasi ini kadang bisa menjadi penyebab pada superioritas kelompok tertentu pada kelompok lain. Â
Contohnya, tidak jarang terjadi orang yang tinggal di kota menganggap diri lebih tinggi daripada mereka yang tinggal di kampung. Karenanya, kita mungkin kerap berjumpa dengan sebutan "orang kampung."
Bahkan, sebutan "orang kampung" menjadi istilah yang kadang kali dipakai untuk seseorang, misalnya, gagap teknologi dan kaku pada situasi baru dan modern.
Sebutan ini bisa saja terlahir karena pola pikir yang menilai jika orang dari kampung selalu terbelakang dan minim pengetahuan.