14 Februari di setiap tahun, kita selalu merayakan hari Valentine, hari kasih sayang.
Banyak juga yang kerap mengatakan kalau kasih sayang tidak perlu mengenal waktu. Setiap hari mesti merupakan hari kasih sayang.
Pernyataan ini benar adanya. Setiap hari mesti diwarnai oleh kasih sayang, karena kita semua mempunyai potensi atau kapasitas untuk mengasihi sesama.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak bisa mengasihi sesama. Bahkan seorang penjahat masih bisa mempunyai perasaan untuk mengasihi. Ini bergantung pada bagaimana dia mengekspresikan kasihnya itu. Â
Meski demikian, 14 Februari menjadi hari spesial untuk mengingatkan kita tentang makna kasih. Kasih menjadi bagian dari diri dan kehidupan kita.
Kasih itu mesti dirayakan. Kasih itu mesti dimaknai dengan ungkapan tertentu. Pasalnya, hari valentine juga terlahir karena pengalaman kasih.
Konon hari Valentine ini melekat dengan perayaan agama Kristen Katolik sebagai penghormatan salah satu orang kudus, Santo Valentinus.
Dikisahkan kalau St. Valentinus ini secara diam-diam menikahkan pasangan Kristen. Pada waktu itu, Kaisar Claudius II yang bertakhta melarang penyebaran agama Kristen.
Karena ini, St. Valentinus ditangkap, dipenjara dan bahkan dihukum dengan cara dirajam. Dia meninggal dunia dan dikuburkan pada tanggal 14 Februari.
Selain itu, sewaktu di penjara, St.Valentinus jatuh cinta dengan putri dari salah seorang tahanan. Sebelum menghadapi kematiannya, St. Valentinus mengirimkan surat cinta kepada kekasihnya itu. Surat cinta itu sebagai perpisahan. Di surat cinta itu terdapat pernyataan, "dari Valentinmu."
Bertolak dari pengalaman dan kehidupan St. Valentinus, perayaan Valentine perlahan berevolusi. Dari sebuah perayaan pada ruangan keagamaan hingga berkembang menjadi perayaan di wilayah sekular.