Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Risiko Besar Kalau Memilih Pemimpin karena Faktor Kepentingan Pribadi

15 Januari 2020   21:01 Diperbarui: 15 Januari 2020   21:11 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penilaian kita pada calon tertentu belum tentu sama dengan penilaian orang lain. Nilai kepantasan yang menjadi standar kita pada seorang pemimpin berbeda-beda. Tidak heran, ada perbedaan juga pada sebuah hasil pemilihan.

Nilai kepantasan ini acap kali berjalan berbarengan dengan nilai kepentingan tertentu. Seperti misal, saya memilih si A karena si A dinilai bisa melanggengkan kepentingan saya pada sektor tertentu. Atau saya tidak memilih si B karena si B bisa menjadi penghambat saya untuk menjalankan misi tertentu.

Faktor kepentingan pribadi kerap kali kontestasi sebuah pemilihan pemimpin. Karena faktor kepentingan ini, tidak jarang aspek kualitas dari para calon bisa terabaikan. Atau juga karena faktor kepentingan ini, perpecahan antara kelompok dan pribadi bisa saja terjadi.

Dari sisi pemimpin yang merupakan hasil dari pemilihan karena kepentingan juga akan terbelenggu oleh kepentingan itu sendiri untuk menjalankan roda kepemimpinannya.

Kepentingan pribadi dan kelompok yang memilih mesti menjadi prioritas. Kepentingan lain bisa masuk asalkan kepentingan itu tidak menjadi saingan atau merusak kepentingan teman pemilih.

Faktor kepentingan bisa menjadi belenggu yang bisa mengikat seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya.

Karenanya, dari sisi pemimpin sendiri, dia mesti melihat arah kepentingan yang paling mendasar dari tujuan kepemimpinannya. Dia mesti tahu kalau kepentingan apa yang mesti dibawah dalam arah kepemimpinan.

Tentunya, dia dipilih karena kepercayaan banyak orang karena dinilai mampu untuk mengembankan tugas dan tanggung jawab. Kepercayaan banyak orang itu bisa menjadi suara kalau mereka membutuhkan pemimpin yang bisa menyalurkan dan menggolkan kepentingan mereka. Singkatnya, kepentingan bersama mesti menjadi patokan dasar dari seorang pemimpin.

Tetapi kalau seorang hanya berpikir tentang posisi dan kekuasaan tanpa berpikir tentang dampak dan manfaat dari posisi dan kekuasan itu untuk banyak orang, dia akan terjebak pada belenggu kepentingan.

Sejatinya memilih pemimpin mesti dinilai dari niat seorang pemimpin untuk memikul kepentingan bersama dan bukannya kepentingan pribadi. Kalau ini yang dituruti, bukan tidak mungkin kepemimpinan akan menghasilkan kesejahteraan bersama untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun