Mohon tunggu...
Dorothy Agustine Halim
Dorothy Agustine Halim Mohon Tunggu... Lainnya - blog untuk tugas sekolah

Blog untuk tugas skolah :)

Selanjutnya

Tutup

Film

Tanda Tanya atau Tanda Sama Dengan

13 Maret 2022   22:35 Diperbarui: 17 Maret 2022   07:19 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Lalu Enditha,yang memerankan Rika yakni janda yang berusaha kuat untuk anaknya dan selalu mau yang terbaik untuk anaknya. Aktor yang bermain dalam film ini mendalami perannya dan berakting secara natural,seolah-olah mereka mengalami masalah tersebut. 

Bahasanya yang dipakai juga mudah dipahami karena walaupun bahasanya informal namun tetap sopan dan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi dalam film tersebut. Hal ini membuat aktor yang memerankan tokoh seperti orang semarang asli yang tinggal di daerah tersebut. Adapula pemilihan diksi bahasa indonesia yang dipilih cukup mudah dipahami dan menyesuaikan dengan percakapan masyarakat sehari-hari.

Film ini adalah salah satu cerita yang menginspirasi dan memiliki pesan moral yang sangat indah tetapi sayang sekali film ini kurang dikemas dengan baik. Dengan durasi 1 jam 41 menit film ini memiliki banyak konflik antar keluarga sehingga membuat penonton bingung harus fokus pada konflik yang mana. Seolah-olah menonton film dokumenter kehidupan masyarakat di daerah Semarang. Konflik dalam 1 keluarga dengan keluarga lainnya pasti berbeda namun semuanya ingin dijadikan inti dari cerita film ini. Alur ceritanya juga terkadang mengulang sehingga beberapa konflik mudah ditebak.

Contohnya seperti ini,saat Surya diminta Rika menjadi salah satu pemain pada acara drama di gereja,awalnya Surya tolak. Namun akhirnya diterima setelah melakukan konsultasi dengan ustad. Di dalam film,konflik seperti ini ujung akan selalu sama,dimana yang awalnya tokoh tidak setuju akhirnya akan setuju. Ada pula adegan dalam film ini memiliki karakteristik yang sama seperti adegan dimana Menuk bekerja di restoran.Sebaiknya adegan seperti itu tidak diulangkarena akan terkesan seperti film yang bertele-tele yang hanya ingin memanjangkan durasi filmnya.

Salah satu hal yang menjadi tanda tanya di dalam film ini adalah judul yang diberikan. Dengan judul tanda tanya, membuat saya berpikir hubungan antara tanda tanya dengan isi cerita ini. Apabila saya tidak menontonnya mungkin yang saya kira adalah film dengan genre misteri dimana kasus yang mau diselesaikan masih kurang jelas sehingga menimbulkan tanda tanya pada pemeran utamanya.

Tetapi konflik di dalam film ini sudah jelas bahwa masih ada saja orang yang kurang bisa menunjukan sikap toleransi. Perbedaan dalam bermasyarakat masih menjadi masalah utama dan konflik utama dalam film ini. Padahal seharusnya judul digunakan sebagai gambaran utama dan representatif film ini. Namun,tanda tanya tidak merepresentatifkan apapun dalam film ini.

 

Pengambilam adegan dalam film ini juga kurang maximal sehingga kehadiran tokoh kurang terlihat. Seperti saat Menuk sedang diajak bicara dengan saudaranya di rumah sambil melakukan pekerjaan rumah kurang kelihatan karena pengambil adegannya diantara bolongan jaring-jaring. Lalu saat Surya dan Rika sedang jalan berduaan malam-malam,tiba tiba latar belakang tempatnya berhenti dan mereka berjalan mundur  untuk menikmati alunan lagu dari pengamen yang ada disitu sebelumnya. 

Pengambilan adegan ini membuat penonton sudah mengetahui langkah selanjutnya dari pergerakan tokoh ini. Apabila pengambilan adegan entah karena kameranya atau ruangan bergerak fotografernya kurang,maka akan berdampak pada kualitas dari film ini. Sebaiknya,jika ingin mencoba teknik baru dalam pengambilan adegan dilakukan percobaan dulu dan diseleksi mana yang bisa dilihat dengan jelas oleh penonton.

Film yang dirilis tahun 2011 ini merupakan salah satu film yang memiliki tema dan pesan moral yang menarik dan mengedukasi yakni toleransi perbedaan agama dan etnis yang ada di Indonesia yang sebenernya merupakan permasalahan utama yang ada disekitar kita  namun jarang sekali dibuat sebagai film edukasi. Bahasa dalam film menggunakan pemilihan diksi yang mudah dipahami serta gaya bahasa yang sesuai dengan kondisi masyarakat di daerah Semarang. 

Pendalaman karakter yang bagus memberi kesan naturalistik saat aktor  memainkan perannya dalam film ini.Namun,sayang sekali konflik dalam cerita ini sangatbanyak sehingga membuat penonton susah mengetahui inti permasalahan karena semua tokoh terkesan seperti tokoh utamanya.Lalu judul yang patut dipertanyakan kembali makna penamaanya karena tidak ada korelasi antara judul dengan isi ceritanya yang bisa mengecoh orang yang ingin menonton film ini.Pengambilan film yang kurang maximal juga perlu diperbaiki di kemudian hari agar penonton bisa menyaksikan film dengan kualitas yang lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun