Mohon tunggu...
Dorma Jadi Haulian Situmorang
Dorma Jadi Haulian Situmorang Mohon Tunggu... Lainnya - Halo dunia :)

Halo apa kabar? :)

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tidak Berminat Menikah? Orangtua Wajib Memperbaiki Penyampaian Makna Pernikahan Sejak Dini

29 Oktober 2021   09:28 Diperbarui: 31 Oktober 2021   13:09 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sebuah pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral, suci dan wajib di pertanggungjawabkan sejak kita berkata:"Yes I Do" hingga maut memisahkan. Pernikahan akan menjadi sebuah ikatan yang sangat menakutkan jika dijalankan tanpa kesadaran penuh dan tanpa persiapan mental yang kuat.

Terlalu banyak kasus dan contoh yang buruk seputar pernikahan yang mudah ditemukan disekitar kita seperti KDRT, perceraian, perebutan anak, finansial yang tidak memenuhi kebutuhan rumah tangga, kurangnya pengetahuan tanggung jawab sebagai orangtua, depresi selama pernikahan, hilangnya aktualisasi diri, anak-anak ditinggal atau tidak dirawat dengan baik, dan lain-lainnya.

Kasus-kasus ini membawa dampak dan ketakutan bagi orang-orang yang sudah memasuki usia matang, mapan dan dewasa hingga pada akhirnya memilih untuk menunda sebuah pernikahan dan paling ekstrem memilih untuk tidak menikah.

Hidup sendiri ternyata dirasa lebih menenangkan dan melegakan dibandingkan hidup dalam sebuah ikatan pernikahan yang penuh kekhawatiran dan kecemasan akan sebuah kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

lalu, Apakah kita tidak usah menikah? saya tidak pernah berkata jangan menikah.

menikahlah jika memang sudah siap dan berani. Jalankan sesuai pemahaman dan kemampuan masing-masing.

Tapi kenapa masih banyak pernikahan yang hancur dan penuh kesengsaraan saat membina rumah tangga, Apakah karna ego dan kurang mapan dalam segala hal?

Bisa jadi seperti itu, Dan bisa jadi ada faktor lain, misalnya: 

Kurangnya bekal warisan wejangan seputar pernikahandari orangtua atau pun masyarakat umumnya.

Sebantar, Apa maksudnya?

Menurut saya, orangtua atau kerabat kita 'kadang lupa' memberi penjelasan sederhana tentang makna pernikahan kepada kita. Mereka hanya terlatih berkata:"Ayo menikah. Kapan menikah. Menikahlah sebelum tua. Temanmu sudah menikah, kamu kapan?"

Dalam keadaan seperti ini, kita akan merasa tertekan, tersudutkan, dan kehilangan kemampuan menangkap sisi terbaik dari sebuah pernikahan. Pada akhirnya, kita akan menikah dengan orang yang salah, atau kehilangan kemampuan kebahagiaan sehari sebelum prosesi pernikahan dimulai. Lalu dimana kebahagiaannya?

Tahukah kamu? Memberi sebuah seruan berulang tanpa sebuah edukasi yang benar tentang pernikahan, itu ibarat memaksa orang buta berperang di garis depan tanpa membawa senapan dan tanpa mengetahui medan perang. 

Saya pernah mendengar sebuah pesan klasik,"Hidup itu berputar dan berulang, semua orang akan melewati fase menjadi anak, remaja, dewasa dan menua. Pemainnya saja yang berubah dan berganti posisi, sekarang kau menjadi anak, esok kau sudah berubah menjadi orangtua."

Kita tidak bisa mengulangi waktu. Tidak bisa berhenti menjadi anak kecil selamanya, pun kita tidak bisa menghindari masa tua yang sedang menanti di depan mata. Kita tidak bisa memilih bertahan menjadi remaja selamanya, karna merasa masa remaja adalah masa paling bahagia dan penuh kebebasan. Suka atau tidak suka, kita pasti berubah dan maju terus mengikuti waktu; Lahir, menjadi anak-anak, remaja, dewasa, menua dan meninggal.

Sesedih itukah sebuah kehidupan?

Tidak teman-teman, kabar baik dari kehidupan itu adalah sekali pun kita tidak bisa memutar waktu tetapi kita bisa mempertahankan atau menciptakan momen indah kita dari masa ke masa, mempertahankan dan mengulang kenangan indah yang membawa kita menjadi manusia baru setiap hari, bahkan dalam dunia pernikahan.

Bagaimana maksudnya?

Sewaktu kecil kita bahagia bermain berlari kesana kesini dengan bebas dan merdeka, memiliki mainan boneka atau mobil-mobilan, bahkan melalui tontonan yang diputar di televisi. Tidak alasan pasti, hanya saja bahagianya itu benar-benar sangat bahagia.  Menjelang remaja atau dewasa kita mulai meninggalkan dan melupakan semua kejadian itu. 

Tanpa sadar, ada bagian yang hilang dari diri kita; Sensasi kebahagiaan semasa kanak-kanak.

Lalu bagaimana kita bisa mengembalikan sensasi kebahagiaan itu?

Semua bisa kita alami dan rasakan kembali tepat saat kita menikah dan sudah memiliki anak.

Oh yah? Bagaimana bisa? Iya, memang bisa. Percayalah.

Kita butuh mengulang kembali sensasi kebahagiaan menjadi kanak-kanak. Bukan hanya merindukan, tetapi juga ingin merasakan kembali sensasi itu. Buat apa? Untuk memberi energi baru dan semangat baru lagi buat kita. Untuk mengembalikan lagi kemampuan kita belajar, beradaptasi, menyembuhkan perasaan yang sedang berat, meringankan perasaan, belajar memperbaiki diri, dan lain-lain. Buktinya apa? Semua orang di muka bumi ini pasti pernah mendengar orang berkata,"Dulu waktu saya kecil.."

Karna anak-anak kita,

Maka kita bisa 'merasakan kembali' indahnya masa kanak-kanak. mereka membantu kita mengenang kembali masa-masa bahagia saat bermain dengan mainan-mainan lucu dan belajar tentang kehidupan dari sudut pandang anak kecil.

Pernah lihat kan, ketika anak laki-laki bermain dengan mobil-mobilan yang dibelikan orangtuanya, bahagianya luar biasa. Tiba-tiba lima menit kemudian mereka akan pergi dan bermain dengan mainan baru lainnya?

Nah, itu mobil-mobilan yang ditinggalkan secara tiba-tiba akhirnya dimainkan kembali sama bapaknya. Kira-kira berapa lama bapaknya bermain dengan mobil-mobilan itu, lima menit? sepuluh menit? Yupp, mereka bermain lebih lama dari anaknya.

Akan tetapi ekspresinya saat bermain mobil-mobilan itu apakah sama? Yess, mereka memberi ekspresi yang sama, Bahagia.

Karna anak-anak kita,

Maka kita bisa merasakan kembali indahnya masa sekolah, belajar, dan membantu meremajakan kembali ingatan kita tentang dunia pendidikan saat dibangku sekolah.

Pernah melihat orangtua yang ketika mencoba membantu anak-anaknya belajar tetapi selalu uring-uringan karna mereka telah lupa cara kerja pelajaran-pelajaran itu? Yupp, itulah dia.

Orangtua akhirnya di ajak lagi belajar bersama lagi dari awal. Kita yang sudah menjadi orangtua ini 'dipaksa kembali' untuk bisa berpikir lagi seperti masa kanak-kanak dulu. Bagaimana mencari solusi untuk setiap pertanyaan dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Anak-anak juga membantu kita untuk belajar lagi bagaimana sikat gigi dan mandi yang benar, bagaimana tidur dan bangun tepat waktu, mengajari tentang lingkaran pertemanan yang sehat, dan berbagi solusi bagaimana berdamai saat bertengkar di sekolah.

Jika dahulu sebelum menikah kita masih bisa hidup suka-suka, maka setelah kita sudah menikah dan memiliki anak-anak, kita sebagai orangtua 'otomatis berubah' dengan luar biasa. Semua berubah, bahkan jam mandi serta kebiasaan-kebiasaan kecil seperti sikat gigi.

Lalu apa peranan kita?

Anak-anak 'meniru' perbuatan kita. Mereka terkenal peniru yang ulung. Mereka akan melakukan persis seperti yang kita lakukan. Untungnya, Orantua sudah berpengalaman, sebelum mereka menjadi orangtua, mereka sudah terlebih dahulu menjalani masa kanak-kanak. Dan mereka tahu apa yang anak-anak pikirkan, tepat sebelum anak-anak bertanya sesuatu.

Mereka seperti 'lampu merah' untuk semua orangtua yang kadang lalai bersikap sebagai orangtua.

Ketika menikah, kita seperti bermain game yang dimulai dari Nol. Jika dahulu kita lahir dan hidup sebagai, Aku. Saat menikah, kita terlahir kembali dan memiliki kehidupan baru, kehidupan kedua, yaitu; Kita.

Butuh sebuah kesadaran, kerendahan hati dan kerelaan diri untuk mau menjalankan sebuah pernikahan yang punya ikatan kuat, sehat dan berumur panjang. Butuh kesabaran dari para leluhur kita atau orangtua kita untuk terus dan mau menyuarakan kepada anak-anak mereka, apa pesan tersembunyi dari sebuah pernikahan.

Orangtua dan masyarakat harus berhenti berkata: 

  • Menikahlah biar nanti ada yang urusin kamu saat tua.
  • Menikahlah biar orangtua tidak punya beban lagi mengurusin kamu.
  • Menikahlah karna teman-temanmu sudah menikah, dll

Percayalah, seruan-seruan itu hanya akan mendatangkan pernikahan yang salah, penuh kesengsaraan jika dijalani dengan asal-asalan.

Jika pesan atau seruan berantai seperti ini tidak dihentikan, bisa bayangkan akan seperti pernikahan yang dijalani generasi berikutnya?

  • Pernikahan asal-asalan yang penting sudah menikah.
  • Hilangnya makna dan pesan penting dari sebuah pernikahan. Akhirnya mereka akan menjalani sebuah pernikahan yang penuh dengan KDRT, kawin cerai, pernikahan settingan, tidak punya respect pada pasangan, dan lain-lain.
  • Hilangnya rasa hormat pada orangtua atau keluarga inti. Pernah lihatkan, semakin marak orangtua ditinggal anak-anak mereka entah dikampung atau di panti jompo, dan tidak pernah dikunjungi kecuali saat-saat darurat seperti hari raya, atau disaat mereka sakit dan menjelang kematian.
  • Anak-anak menjadi lupa bahwa hidupnya berharga dan layak untuk menikmati pernikahan yang sehat, kuat dan berumur panjang.

Lalu apa pesan yang benar, yang semestinya disampaikan orangtua kepada anak-anak mereka?

Menikahlah nak,

Karna menikah itu baik untuk hidupmu, Pernikahan akan membantumu menjadi sosok kuat, sosok baru, membantumu memenuhi kembali kebahagiaan masa kecilmu yang mungkin belum terpenuhi, membantumu merasakan kembali sensasi dukungan dan kehangatan tulus dari pasangan dan anak-anak.

Menikahlah nak,

Karna didalam pernikahan mungkin akan ada tantangan dan rintangan yang tidak sesuai dengan prinsipmu, tetapi kau bisa belajar menemukan solusinya dengan baik, tanpa membuatmu kehilangan integritas diri.

Menikahlah nak,

Disana kau akan temukan sebuah pembelajaran hebat yang membantumu menjadi orang baru dan tangguh.

Menikahlah nak,

Karna disanalah kau akan menemukan gerbang pintu dunia lain, dunia yang dulu pernah kau jalani, dan seperti menonton siaran ulang, hanya saja, kau melihatnya dari sudut yang lain, yaitu; Orangtua.

Menikahlah nak,

Ada banyak investasi baik saat kau menikah nanti, kau akan belajar menabung, belajar menyisihkan uang, belajar bersedekah, belajar berbagi, belajar menjangkau keluarga baru untuk bertumbuh bersama; secara finansial, moral, dan spiritual. Kau juga akan belajar bagaimana memperbesar tabunganmu demi masa tuamu bersama pasangan.

Menikahlah nak,

Disana kau akan belajar seni,'Bagaimana bertahan dalam rumah saat kau baru bertengkar hebat dengan pasanganmu.'

Menikahlah nak,

Nanti saat kau sudah menua seperti kami,

Kau akan menjalani pengulangan kehidupan yang ketiga, menjadi; Kakek.

Di sana kau belajar lagi melihat masa lalu, masa sekarang dan masa depan.

Masa tuamu akan menjadi berbeda jika kau tidak menikah, kau akan kehilangan banyak kesempatan melihat proses kehidupan yang indah. Maka menikahlah nak,

Nikmati momen menjadi seorang kakek,

persiapkan dirimu untuk setiap loncatan perubahan hidupmu.

Karna waktu cepat berlalu, dan umur manusia tidak sampai seratus tahun.

Menikahlah nak,

Karna kau butuh teman yang setia bersamamu sampai ajal menjemput.

Manusia datang silih berganti, mereka berganti wajah dan kebiasaan, akan tetapi mereka tidak akan menetap bersamamu selamanya. Itu akan membuatmu kesepian dan kehilangan arah hidup.

Maka menikahlah,

Kau butuh teman yang setia bersamamu sampai ajal menjemput.

Saya rasa jika semua orangtua bisa memberi penjelasan dan seruan sederhana seperti ini secara berulang di waktu yang tepat, saya yakin semua orang akan punya waktu sejenak berpikir mencerna semuanya, dan bersedia menyiapkan dirinya untuk memasuki dunia baru, sebuah pernikahan tanpa ada rasa paksaan atau tekanan.

Mereka bisa menjalani sebuah pernikahan dengan sehat, kuat dan jika beruntung bisa mewariskan contoh pernikahan yang baik untuk generasi dan anak cucunya.

Karna sebuah pernikahan adalah sebuah ikatan yang sakral, suci, dan wajib di pertanggungjawabkan sejak kita berkata,'Yes I Do.' hingga maut memisahkan. 

Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun