Dalam mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar pancasila, maka sebagai  pendidik harus memiliki nilai-nilai yang baik yang tertanam di dalam diri seorang guru, antara lain:
1. Mandiri, dalam arti kata tidak bergantung pada orang lain, berusaha semaksimal mungkin  dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab demi kemajuan siswanya.
2. Berfikir Reflektif, bahwasannya seorang guru mampu menemukan ide-ide kritis pada diri sendiri dengan selalu berfikir positif, mempunyai keyakinan untuk berkembang, dan Tanggap Terhadap perubahan.
3. Kolaboratif, yaitu seorang guru dapat berinteraksi dengan baik dalam suatu lingkungan sekolah sehingga terbinanya kerjasama yang baik antara guru tersebut dengan semua pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal dengan mengutamakan kompromi demi tujuan yang berpihak pada siswa.
4. Inovatif, Adalah sebagai seorang guru tidak kehabisan akal dalam menciptakan hal-hal yang baru, memaksimalkan sarana yang ada di sekolah, Â misalnya dalam pembelajaran guna mengakomodir kebutuhan belajar siswa untuk pencapaian kompetensi siswa.
5. Berpusat Pada murid, adalah seorang guru dengan sepenuh hati mendampingi siswanya dengan segala kodrat yang dimiliki oleh masing-masing siswa tersebut.
Dengan adanya nilai-nilai baik yang tertanam pada diri seorang guru maka nilai tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat tertanam dalam diri siswanya melalui pembiasaan yang baik yang akhirnya menjadi bagian dari kepribadian siswa atau yang kita kenal dengan nilai intrinsik siswa.
Oleh karena didalam diri seorang guru telah tertanam nilai-nilai  yang baik yang bertujuan untuk kemajuan siswanya, maka segala keputusan yang terbaik yang akan diambil adalah keputusan yang berpihak kepada siswanya. Sebagai pemimpin dalam pembelajaran, maka dalam pengambilan keputusan akan berusaha mengambil keputusan yang berisi kebajikan yang diakui oleh semua orang seperti jujur, tanggung jawab, peduli, kasih sayang dan berprinsip bahwa keputusan tersebut diutamakan untuk kepentingan siswa.Â
Dilema seorang guru sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan pasti ada, apalagi keputusan yang akan diambil adalah bersifat mendadak dan reflek, disamping itu, tanpa disadari bahwa tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema karena hal ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian atau bisa kita namai dengan dilemma etika.Â
Artinya adalah hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang dapat dibenarkan.Â
Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan dengan situasi bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya siswa mencontek, walau pun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya juga merupakan hal yang baik, tetap hal itu adalah suatu kesalahan.