Mohon tunggu...
donnizar donnizar
donnizar donnizar Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan S1

Donnizar, S.Si Guru SMP Negeri 39 Pekanbaru

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

12 April 2021   17:45 Diperbarui: 12 April 2021   17:59 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

3.1.a.8. Koneksi Antar Materi

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Oleh:

DONNIZAR, S.Si

CGP_ ANGKATAN I PEKANBARU

SMP NEGERI  39 PEKANBARU

Setiap Anak Istimewa, Setiap manusia berguna, oleh sebab itu maka untuk membantu anak mengenali dirinya sehingga keistimewaan yang ada pada anak dapat bangkit dan keluar, dalam dunia pendidikan butuh Guru. Guru yang bisa membangkitkan dan mengembangkan potensi anak sehingga anak sebagai manusia dan angota masyarakat dapat mencapai selamat dan bahagia. 

Beberapa peran guru sesuai dengan tiga dasar pendidikan menurut KI Hajar Dewantara, bahwasannya guru dapat berperan sebagai Aktor dan aktris yang kesemua tindak tanduknya dicontoh oleh siswa, guru dapat menjadi teman yang dapat membangkitkan kreatifitas siswa, dan guru juga dapat bertindak sebagai pemberi semangat bagi siswa-siswanya. 

Oleh karena berbagai macam peran guru bagi siswanya, maka sebagai guru harus “merdeka” terlebih dahulu dalam artian bahwa guru diberikan kemerdekaan dalam berfikir untuk memunculkan ide-ide kreatif, mandiri dalam menentukan cara terbaik dalam proses pembelajaran sehingga dengan kemerdekaan guru maka akan berimbas kepada kemerdekaan siswa dalam belajar. 

Merdeka bagi siswa adalah bahwa dalam mengikuti pembelajaran mendapatkan suasana belajar yang membahagiakan dan tetap bertanggung jawab sebagai seorang siswa sehingga dapat menciptakan pelajar yang memiliki profil pelajar pancasila.

Dalam mewujudkan siswa yang memiliki profil pelajar pancasila, maka sebagai  pendidik harus memiliki nilai-nilai yang baik yang tertanam di dalam diri seorang guru, antara lain:

1. Mandiri, dalam arti kata tidak bergantung pada orang lain, berusaha semaksimal mungkin   dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab demi kemajuan siswanya.

2. Berfikir Reflektif, bahwasannya seorang guru mampu menemukan ide-ide kritis pada diri sendiri dengan selalu berfikir positif, mempunyai keyakinan untuk berkembang, dan Tanggap Terhadap perubahan.

3. Kolaboratif, yaitu seorang guru dapat berinteraksi dengan baik dalam suatu lingkungan sekolah sehingga terbinanya kerjasama yang baik antara guru tersebut dengan semua pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal dengan mengutamakan kompromi demi tujuan yang berpihak pada siswa.

4. Inovatif, Adalah sebagai seorang guru tidak kehabisan akal dalam menciptakan hal-hal yang baru, memaksimalkan sarana yang ada di sekolah,  misalnya dalam pembelajaran guna mengakomodir kebutuhan belajar siswa untuk pencapaian kompetensi siswa.

5. Berpusat Pada murid, adalah seorang guru dengan sepenuh hati mendampingi siswanya dengan segala kodrat yang dimiliki oleh masing-masing siswa tersebut.

Dengan adanya nilai-nilai baik yang tertanam pada diri seorang guru maka nilai tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat tertanam dalam diri siswanya melalui pembiasaan yang baik yang akhirnya menjadi bagian dari kepribadian siswa atau yang kita kenal dengan nilai intrinsik siswa.

Oleh karena didalam diri seorang guru telah tertanam nilai-nilai  yang baik yang bertujuan untuk kemajuan siswanya, maka segala keputusan yang terbaik yang akan diambil adalah keputusan yang berpihak kepada siswanya. Sebagai pemimpin dalam pembelajaran, maka dalam pengambilan keputusan akan berusaha mengambil keputusan yang berisi kebajikan yang diakui oleh semua orang seperti jujur, tanggung jawab, peduli, kasih sayang dan berprinsip bahwa keputusan tersebut diutamakan untuk kepentingan siswa. 

Dilema seorang guru sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan pasti ada, apalagi keputusan yang akan diambil adalah bersifat mendadak dan reflek, disamping itu, tanpa disadari bahwa tidak ada aturan baku yang berlaku untuk memutuskan situasi dilema karena hal ini sifatnya relative dan bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat kejadian atau bisa kita namai dengan dilemma etika. 

Artinya adalah hal ini dapat dimaknai bahwa terkadang adalah hal yang benar untuk memegang aturan demi suatu keadilan, akan tetapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang dapat dibenarkan. 

Demikian pula sebaliknya ketika dihadapkan dengan situasi bujukan moral (Benar Versus Salah) bahwa dalam melakukan hal yang salah walaupun untuk alasan yang baik tetap saja salah. Contohnya siswa mencontek, walau pun tujuannya untuk mendapatkan nilai yang baik yang tentuanya juga merupakan hal yang baik, tetap hal itu adalah suatu kesalahan.

Karena dilema etika berhubungan dengan pengambilan keputusan yang bertujuan untuk kebaikan, yaitu situasi dimana ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan yang akan diambil tersebut secara etika benar tetapi bertentangan. Kedua keputusan yang bertentangan tersebut kalaupun diambil kedua-duanya adalah sama-sama dibenarkan (Benar Vs Benar). 

Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan kerja, masyarakat, dan rumah, kita sering kali dihadapkan pada situasi yang membawa dilema etika. Dimana keputusan mengenai perilaku yang layak harus di buat. 

Pengambilan keputusan yang berhubungan dengan dilema etika ini adalah dengan alasan bahwa tujuan yang diambil adalah tujuan baik ataupun dengan melakukan pembenaran terhadap cara-cara pengambilan keputusan tersebut, yang akhirnya akan menggoda seorang pengambil keputusan untuk mengambil jalan pintas dalam pengambilan keputusan ini karna hasil akhirnya dianggap menjadi hal yang baik.

Sedangkan bujukan moral adalah sustu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Sebelum  pengambilan keputusan yang berhubungan dengan bujukan moral ini sebaiknya dilihat terlebih dahulu dari aspek “seharusnya”, yaitu sebuah pertanyaan normatif tentang apa yang seharusnya terjadi sesuai dengan norma dan standar yang berlaku.

Apabila keputusan yang diambil mengandung unsur dilemma etika, Maka keputusan yang akan diambil  didasarkan pada 3 prinsip pengambilan keputusan ini, yaitu:

  • Berfikit berbasis hasil akhir (end-based thinking)
  • Berfikir berbasis peraturan (rule-based thinking)
  • Berfikir berbasis rasa peduli (care-based thinking)

Dan juga keputusan yang berkaitan dengan dilema etika, mengandung 4 paradigma pengambilan keputusan, yaitu:

  • Individu  Vs Masyarakat (individual Vs community)Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar dimana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompo kecil melawan kelompok besar.
  • Rasa Keadilan Vs Rasa Kasihan (justice Vs mmercy)Dalam paradigm ini ada pilihan anatara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakukan yang sama bagi semua orang disatu sisi dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih saying disis lain.
  • Kebenaran Vs Kesetiaan (trush Vs loyalty)Kejujuran dan kesetiaan sering kali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilemma etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
  • Jangka pendek Vs jangka panjang (short term Vs long term)Padarigma ini paling sering terjadi dan  mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara kelihatannya  terbaik untuk saat ini dan terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dan lain-lain.

Untuk mengukur efektifkah keputusan yang saya ambil, maka keputusan yang diambil tersebut dikaitkan dengan 9 langkah dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan Dilema etika, yaitu:

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. 

Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. 

Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. 

Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. 

Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan dating.

4. Pengujian benar atau salah

  • Uji Legal

    Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

    Uji Regulasi/Standar Profesional

    Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

    Uji Intuisi

    Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

    Uji Halaman Depan Koran

    Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

    Uji Panutan/Idola

    Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

    Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

    Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

    Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

    Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

    Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini?

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

7. Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah

8. Buat Keputusan

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Semoga dalam praktik di lapangan sebagai seorang guru dapat melaksanakan tahapan pengambilan keputusan yang berpihak kepada siswa, dan dapat diterima oleh banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun