Nabi Muhammad saw sadar dan mengerti pasti Alloh swt akan memenangkan agama-Nya, tetapi Alloh swt, tidak akan memberikannya begitu saja, karena hidup ini adalah seleksi dan ujian untuk meluluskan insan yang berkualitas.Â
Proses perjuangan membebaskan kota Mekah, dijalani ketika untuk pertama kalinya Nabi Muhammad saw berhasil mendirikan rumah ibadah pertama, yaitu Mesjid Quba' sehingga umat Islam secara de facto memiliki kebebasan dalam menjalankan ibadah.Â
Nabi Muhammad saw mempersaudarakan sesama umat Islam dan membina hubungan baik (toleransi) kepada komunitas yang berbeda keyakinan, Nasrani dan Yahudi. Nabi Muhammad saw sebagai seorang pemimpin yang mampu berdiplomasi di tengah keragaman dengan berpegang teguh kepada nilai Islam dan keadilan sosial yang merata.Â
Puncaknya, umat Islam berhasil memproklamasikan kemerdekaannya sekaligus menyatakan berdirinya Negara Islam (Daulah Islamiyyah) di Madinah. Kulminasi dari kegemilangan perjuangan Nabi Muhammad saw di Madinah berlanjut dengan pembebasan Mekah (Futuhat al-Makiyah) tanpa peperangan dan semua orang berbondong-bondong untuk masuk ke dalam naungan Islam.
Menikmati Perjalanan Waktu
Secara sederhana hijrah diartikan dengan berpindah, transformasi, berubah dari kondisi yang buruk menjadi baik. Jika diikutkan dalam konteks sejarah, hijrah diartikan perpindahan Nabi Muhammad saw dan umat Islam dari Mekah ke Madinah. Perpindahan tersebut terjadi secara holistik yang bersentuhan langsung dengan sisi eksoteris sekaligus esoteris, mulai dari ruang dan waktu, jiwa dan raga, antroposentris dan teosentris.
Jika dilihat dari sudut determinasi sejarah, maka peristiwa hijrah tidak terlepas dari waktu yang di dalamnya terjadi pergumulan di antara kebaikan dan keburukan. Setelah melalui usaha, perjuangan dan pengorbanan, akhirnya takdir Alloh swt menentukan bahwa kebaikanlah yang menjadi pemenangnya.Â
Dalam situasi ini, waktu seolah-olah tidak peduli dengan hasil dan siapapun pemenangnya. Sekaligus tidak pantas juga menyalahkan waktu karena sikapnya yang tidak berpihak, apalagi sampai menyalahkan karena masa lalunya. Pergantian tahun baru Hijriyah mengajarkan kepada kita untuk menikmati bukan menghujat waktu.
Padanan kata waktu yang diungkapkan dalam Alquran ada beberapa bentuk, yaitu Ad-Dahr (waktu yang panjang, mulai dari diciptakan sampai dimusnahkan), 'Ajal (batas waktu yang telah ditentukan), Al-Waqtu (diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi waktu) dan Al-'Asr (waktu menjelang 'Asar).
Makna kata waktu adalah kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu perbuatan. Dalam konteks ini, waktu memiliki kadar atau ukuran, sehingga menuntut adanya pembagian teknis dalam pekerjaan mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun. Penjelasan ini terdapat dalam Q.S. Al-Hajr: 38, Q.S. Al-A'raf: 187, Q.S. An-Nisa: 103, Q.S. Al-Baqarah: 189.Â
Peristiwa hijrah mengajarkan kepada kita untuk cerdas dalam mengatur waktu, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, kontrol atau pengawasan, evaluasi dan skala prioritas agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dalam waktu ada nilai perjuangan agar diri kita semakin dekat kepada Alloh swt, memperbaiki kualitas diri setiap saat serta meningkatkan kepedulian melalui ibadah sosial dan kemanusiaan.