Awal perjalanan hidupnya menjadi pedagang,,edwin di sambut dengan kerasnya angin dan kerasnya hujan yang turun.
dalam lubuk hati kecilnya,,ingin menangis,,akan tetapi dia inggat pada prekonomian yang semakin menipis,, sehingga rasa tangguhnya datang dalam energinya di badan yang kurus
untuk menjalani kehidupannya yang sepahit itu,
Berkerja sambil kuliyah,,,
Tak seindah rebahan di hotel bintang sembilan yang rasanya empuk,,,
itu lah yang di rasakan oleh edwin saat ini.
tidurnya hanya lembaran kardus,setiap malam dia mendengar suara kendaraan yang terlintas di telinga nya,tak seindah lagu" yang di main kan oleh anak-anak bangsa,,,sambil berpoya-poya.
Badannya yang kurus,,dekil yang di perpum oleh polusi polusi setiap hari,,
Makannya berkurang hanya untuk mencari keuntungan,,,, saat ini dia berjualan di pinggir jalan yang berlokasi di jalan Rumak,Lombok barat.
Setiap saat dia hanya menunggu dan melayani dengan etika dan moral tingkat tinggi,,yang melebihi etika dan moral para profesor.
Sopan,santun,ramah,dan jujur itulah yang di bawa oleh sang pedagang semangka,,