Mohon tunggu...
Doni Rahma
Doni Rahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Panggil saja oey

akun ini hanya menyalurkan apa yang ada di otak saya. kemudian merangkainya menjadi frasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Krisis Air: Ketidakadilan dan Beban Ganda Perempuan

2 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 3 Desember 2024   10:07 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga berjalan kaki memikul air bersih yang diambil dari kali di Desa Oenoni, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (22/8/2021). | KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN

Di berbagai kota-kota besar di Indonesia karena kebutuhan air bersih yang sangat besar banyak masyarakat pun kemudian membuat sumur sebagai salah satu solusi untuk mendapatkan air bersih. 

Lalu pertanyaannya apakah air akan terus ada?

KETERSEDIAAN AIR TERANCAM

Ketersediaan air bersih hari ini semakin sulit untuk didapatkan sebagaimana dari dampak buruk dari aktivitas manusia itu sendiri (antropogenik). 

Pertama, aktivitas manusia seperti adanya kegiatan industrialisasi selain memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara tetapi di sisi lain juga memiliki dampak negatif. Dengan semakin majunya tingkat industrialisasi ditandai menjamurnya pabrik-pabrik ternyata berdampak negatif saling bersinggungan satu sama lain. 

Seperti contoh pembuangan limbah sisa produksi seringkali langsung dialirkan menuju sungai begitu saja tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Dari hasil Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 dari 111 sungai yang diidentifikasi sebagian besar sudah tercemar karena pembuangan limbah industri.

Kedua, Perubahan Lanskap wilayah yakni dengan semakin meluasnya kota menyebabkan beban air di perkotaan meningkat. Aktivitas domestik seperti MCK, membuang sampah, mencuci seringkali dilakukan di bantaran sungai. Hal ini karena masyarakat kelas bawah tidak punya pilihan lain selain menggunakan air sungai sebagai bagian dari keseharian. 

Selain akses air bersih yang mahal seringkali sistem perpipaan air bersih tidak sampai di daerah perkampungan kelas bawah di kota. Menurut laporan UN water yang dikutip dari UNICEF pada tahun 2022 sebanyak 3,5 miliar orang belum mendapatkan akses air bersih yang layak. Untuk di Indonesia sendiri laporan yang dikeluarkan oleh BPS menyebutkan 91,72% rumah tangga di Indonesia sudah mendapatkan akses air bersih.

Ketiga, Krisis iklim. Semakin menghangatnya bumi dan tidak menentunya cuaca membuat ketersediaan air semakin menipis. Manusia membuat siklus cuaca menjadi tidak menentu. 

Deforestasi hutan besar-besaran dan pelepasan karbondioksida ke atmosfer memperbesar kemungkinan bumi ini mengalami perubahan iklim dengan mempercepat krisis air. Musim kemarau berkepanjangan serta musim penghujan yang sebentar menyebabkan berbagai bencana di berbagai wilayah. 

Tentunya jika berbicara di daerah yang terkena bencana permasalahan yang tidak jauh dari hal tersebut adalah akses air bersih seperti halnya sanitasi. UNISDR (United Nation Officier for Disaster Risk Redction) dalam laporannya pada tahun 2015 menyebutkan bahwa tantangan terhadap ketersediaan air adalah 90% berkaitan dengan bencana seperti kekeringan dan banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun