Mohon tunggu...
Doni Rahma
Doni Rahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Panggil saja oey

akun ini hanya menyalurkan apa yang ada di otak saya. kemudian merangkainya menjadi frasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Krisis Air: Ketidakadilan & Beban Ganda Perempuan

2 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:24 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hasil Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 dari 111 sungai yang diindetifikasi sebagain besar sudah tercemar karena pembuangan limbah industri.

Kedua, Perubahan Lanskap wilayah yakni dengan semakin meluasnya kota menyebabkan beban air diperkotaan meningkat. Aktivas domestik seperti MCK, Membuang sampah, Mencuci seringkali dilakukan di bantaran sungai. Hal ini karena masyarakar kelas bawah tidak punya pilihan lain selain menggunakan air sungai sebagai bagian dari keseharian. 

Selain akses air bersih yang mahal seringkali sistem perpipaan air bersih tidak sampai di daerah perkampungan kelas bawah di kota. Menurut laporan UN water yang dikutip dari UNICEF pada tahun 2022 sebanyak 3,5 milliar orang belum mendapatkan akses air bersih yang layak. Untuk di Indonesia sendiri laporan yang dikeluarkan oleh BPS menyebutkan 91,72% rumah tangga di Indonesia sudah mendapatkan akses air bersih.

Ketiga, Krisis iklim. Semakin menghangatnya bumi dan tidak menentunya cuaca membuat ketersediaan air semakin menipis. Manusia membuat siklus cuaca menjadi tidak menentu. 

Deforestasi hutan besar-besaran dan pelepasan karbondioksida ke atmosfer memperbesar kemungkinan bumi ini mengalami perubahan iklim dengan mempercepat krisis air. Musim kemarau berkepanjangan serta musim penghujan yang sebentar menyebabkan berbagai bencana diberbagai wialayah. 

Tentunya jika berbicara di daerah yang terkena bencana permasalahan yang tidak jauh dari hal tersebut adalah akses air bersih seperti halnya sanitasi. UNISDR (United Nation Officier for Disaster Risk Redction) dalam laporannya pada tahun 2015 menyebutkan bahwa tantangan terhadap ketersediaan air adalah 90% berkaitan dengan bencana seperti kekeringan dan banjir.

AIR & INTERSEKSIONALITAS PEREMPUAN

Krisis air yang melanda dunia hari ini menjadi persoalan amat sangat dekat dengan perempuan. Peran perempuan dalam keluarga sebagai pelaksana urusan domestik seperti kegiatan memasak, mencuci dan mandi tentunya sangat didukung dengan ketersediaan air bersih. Apabila krisis air terjadi maka perempuan lah yang pertama terlibat dalam upaya pemenuhan air bersih untuk keluarga. Bagi mereka, perempuan, air bersih adalah hal yang utama agar proses domestik tetap jalan. 

Namun, Seringkali ketika krisis air datang para perempuan harus menempuh jarak berkilo-kilometer untuk mendapatkan air bersih atau jika tidak merekalah garda terdepan untuk mengantri jikalau terdapat bantuan air datang. 

Dalam laporan UNICEF pada tahun 2015 mengatakan bahwa 8 dari 10 kebutuhan air dalam keluarga diserahkan kepada perempuan dan anak perempuan dewasa sedangkan 19,5% sisanya dikumpulkan oleh laki-laki (Indraswari, 2021). Data tersebut menujukkan bahwa perempuan memiliki beban lebih ketika krisis air melanda.

Ketidakseteraan jender buah dari sosial budaya yang dibentuk masyarakat membuat posisi perempuan semakin menderita. Pelanggengan budaya patriarki sebagai adat dan budaya diberbagai negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu faktor mengapa terjadi ketimpangan beban dan pembagian peran yang dialami oleh perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun