Zaman dahulu, di antara para perintis kemerdekaan Indonesia, terjadi perpecahan saat menyikapi Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta tidak serta merta selalu didukung oleh tokoh-tokoh pergerakan. Banyak yang menuding Bung Karno dan Bung Hatta sebagai kolabolator Jepang alias pengkhianat Bangsa Indonesia.
Bung Karno saat diwawancarai seorang penulis buku, Cindy Adams, yang akan membuat buku biografinya sampai menangis terisak-isak ketika menjelaskan hal tersebut. Bung Karno menceritakan bagaimana kekejaman tentara Jepang pada rakyat Indonesia.zaman dulu. Tentara Jepang tak segan-segan memenggal kepala orang Indonesia sebegitu mudahnya.
Terkadang, tentara Jepang menyiksa orang Indonesia dengan cara memaksa para tahanan meminum berliter-liter air dan kemudian mereka melompat ke atas perutnya. Belum lagi jutaan rakyat Indonesia dijadikan Romusha oleh pihak Jepang dan hampir-hampir semuanya mati di masa tugasnya.
Bahkan, bila orang kita lupa membungkukkan badan saat tentara Jepang lewat di jalan, tak segan-segan orang itu dipukuli belasan serdadu. Tetapi, Bung Karno justru menjadi pemimpin organisasi-organisasi bentukan Jepang.
Bung Karno mengakui hal tersebut sebagai tindakan yang sulit dimengerti para tokoh pergerakan pada umumnya. Namun beliau membela diri bahwa tindakan-tindakan kooperatifnya dengan pihak Jepang sebagai strategi politiknya.
Beliau dan Bung Hatta tidak sepakat dengan cara-cara perjuangan radikal ala Tan Malaka. Beliau pun menjelaskan pada Cindy Adams berbagai keunggulan strategi kooperatifnya dengan pihak Jepang sehingga Indonesia sanggup merdeka.
Menarik sekali disimak, beliau menyebutkan sebuah media komunikasi, radio, sebagai hadiah strategi politiknya. Bung Karno begitu bangga saat mengatakan bahwa, sebenarnya beliau sedang memperalat Jepang sehingga berhasil mendapatkan radio. Secara tidak langsung beliau telah mengatakan bahwa kemerdekaan Negara Indonesia adalah "konvergensi" antara radio dengan tokoh pergerakan.
Jembatan kehidupan
Zaman dahulu, Jepang sering melakukan sweeping terhadap para pemilik radio yang terhubung dengan siaran stasiun radio luar negeri. Sudah cukup banyak anak bangsa kita yang dihukum mati tentara Jepang karena ketahuan mendengarkan siaran stasiun radio luar negeri.
Tentu kita terheran-heran kenapa pihak Jepang begitu takut para tokoh pergerakan bisa mendengarkan siaran stasiun radio luar negeri. Ternyata hal ini tidak terlepas dari ketakutan akan tersiarnya berita kekalahan pihak Jepang dari sekutu.
Namun apakah yang dimaksud Bung Karno " mendapatkan radio" adalah kebebasan mendengarkan siaran stasiun radio luar negeri itu? Tidak. Ternyata Bung Karno ingin membuat bangsa kita pada masa itu mengalami revolusi mental.
Di suatu waktu, Bung Karno, Bung Hatta, dan Sutan Syahrir sepakat melakukan upaya agar rakyat kita mengalami revolusi mental terlebih dahulu, sebelum melakukan revolusi fisik untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Dan, Bung Karno itulah yang ditugasi melaksanakan agenda tersebut.
Bung Karno memang berkemampuan melakukan hal itu. Sebab Jepang tanpa sadar sedang diperalat Bung Karno! Setelah Gerakan 3A dibekukan, Bung Karno diangkat sebagai ketua PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) untuk menjadikan rakyat Indonesia membantu kepentingan pihak Jepang di Perang Dunia ke-2 dengan pengaruhnya. Tapi Bung Karno meminta berbagai fasilitas, salah satunya jaringan radio dalam negeri yang secara bebas dapat digunakan.
Melalui jaringan radio yang terhubung di seantero negeri, Bung Karno diam-diam menanamkan nasionalisme dan membantu rakyat Indonesia bertahan hidup. Dengan orasi-orasi politiknya yang secara gratis disebarkan pihak Jepang, beliau diam-diam memberi intruksi kepada organisasi-organisasi pergerakan untuk melakukan hal-hal yang tertentu dan melarang tindakan-tindakan tertentu.
Dibalik nasehat-nasehatnya untuk membantu Jepang, Bung Karno membina mental rakyat Indonesia untuk berani melawan dan percaya diri untuk merdeka. Bung Karno pun sering mengingatkan semangat persatuan dan kesatuan agar merdeka. Pelan-pelan rakyat Indonesia setiap hari mendengar suara-suara Bung Karno menyalakan patriotisme. Itu setiap hari, melalui radio.
Setiap ada kesulitan-kesulitan hidup akibat penjajahan pihak Jepang, Bung Karno mengajari rakyat Indonesia bermacam-macam hal agar tetap hidup. Contohnya, ketika masalah tekstil menghantam Indonesia kala itu, Bung Karno menyarankan penanaman missal tanaman Rosella.
Beliau tahu ini merupakan ulah Jepang. Sehingga banyak penduduk hanya memakai baju dari karung bagor, sedangkan bayi-bayi memakai taplak meja. "Di negeri kita tumbuh semacam tanaman yang bernama rosella. Seratnya bisa ditenun menjadi kain. Ayo kita tanami rosella! Mari kita tenun kain dari rosella!" teriak Bung Karno.
Ketika rakyat Indonesia tidak kuat membeli sabun, Bung Karno menyerukan ke seantero negeri tentang pembuatan sabun sacara mandiri. Daun kelapa yang telah dibakar dan menjadi abu, kemudian dicampur minyak akan berbuih dan berkhasiat seperti sabun. Ketika masih banyak daerah belum dialiri listrik, Bung Karno kembali berseru lewat jaringan radio, "Ayo kita tanam jarak! Tanaman ini mudah tumbuh seperti tanaman pagar. Dari bijinya, kita dapat membuat minyak kastroli untuk penerangan!"
Begitulah Bung Karno menyadari pentingnya radio bagi bangsa kita kala itu. Para pemimpin bangsa lama-lama mulai menyetujui sikap kooperatifnya Bung Karno dan Bung Hatta dengan pihak Jepang. Namun, tetap saja ada yang masih tidak setuju dan memaki mereka berdua habis-habisan.
Bisa dibilang kemerdekaan Negara Indonesia adalah "konvergensi" antara radio dengan tokoh pergerakan. Melalui jaringan radio yang menyeluruh dan menjangkau banyak daerah, Bung Karno berusaha mempertahankan hidup banyak orang dan melindungi kepentingan pergerakan.
Dan demikianlah waktu bergulir, Indonesia merdeka. Lagi-lagi radio berperan besar pada penyebar-luasan pembacaan teks proklamasi Sukarno-Hatta. Dalam perjalanan Republik Indonesia, peran radio tetap tak tergantikan dan sangat vital. Dimana-mana yang namanya pemberontakan, ada 2 tempat yang selalu ingin dikuasai para pemberontak; stasiun radio setempat dan bandara.
Peran Radio di masa kini
Demikianlah uraian singkat peran radio di pentas politik Indonesia, terutamanya sebelum kemerdekaan. Saya memang sengaja tidak mengambil sistem penanggalan, apalagi periodesasi perkembangan teknologi radio di Indonesia.
Ya, saya mengambil sudut pengaruh radio dari jejak-jejak politik Bung Karno saat Jepang mendarat di Indonesia. Jika kita mau melihat lebih jelas, kita akan mendapati suatu fakta. Radio sangat vital bagi Bangsa Indonesia.
Sedikit analisis dari saya, kendala utamanya, hanya karena bangsa kita sudah mabuk aneka acara media yang lebih bersifat hiburan. Sedikit memakai nalar saja terjawab sudah maksud saya tadi. Bayangkan, Indonesia dibawah penjajahan Jepang saja bisa merdeka (yang tak terlepas dari bantuan radio), apalagi sekarang kita sudah merdeka.
Apakah aneh bila memilih radio? Tidak salah memang. Masyarakat dunia secara umum kini sudah memasuki apa yang disebut Everett M. Rogers sebagai "Information Society". Dalam perspektif komunikasi, disiplin keilmuan dikategorikan sebagai pesan (message) yang menjadi tujuan kontak antar individu.
"Pesan" ini dimediasi oleh "kanal" (channel) atau media yang mengantarainya. Dalam pemetaan sederhana semacam ini, budaya keilmuan yang dimiliki dunia pesantren, sebagaimana jenis-jenis ilmu lainnya, tengah dihadapkan pada "media" baru berupa perangkat teknologi komunikasi yang tingkat perkembangannya sangat cepat.
 Namun alangkah baiknya bila Bangsa Indonesia memahami maksud Walter J. Ong. Beliau menyebutkan bahwa setelah menyingkirkan budaya lisan, budaya teks pun perlahan akan disusutkan oleh "budaya paska tipografi", dimana arus data digerakkan dalam bentuk elektronik.
Budaya teks dengan representasi simboliknya berupa tinta, kertas, dan mesin cetak tentu saja tidak akan begitu saja hilang. Sejarah menunjukkan bahwa penemuan baru sebuah teknologi media tidak sepenuhnya memusnahkan unsur-unsur bawaan teknologi lama. Artinya, dalam "budaya paska tipografi" tidak seluruh unsur yang terkandung dalam "budaya lisan" dan "budaya teks" hilang begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H