Di suatu waktu, Bung Karno, Bung Hatta, dan Sutan Syahrir sepakat melakukan upaya agar rakyat kita mengalami revolusi mental terlebih dahulu, sebelum melakukan revolusi fisik untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Dan, Bung Karno itulah yang ditugasi melaksanakan agenda tersebut.
Bung Karno memang berkemampuan melakukan hal itu. Sebab Jepang tanpa sadar sedang diperalat Bung Karno! Setelah Gerakan 3A dibekukan, Bung Karno diangkat sebagai ketua PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) untuk menjadikan rakyat Indonesia membantu kepentingan pihak Jepang di Perang Dunia ke-2 dengan pengaruhnya. Tapi Bung Karno meminta berbagai fasilitas, salah satunya jaringan radio dalam negeri yang secara bebas dapat digunakan.
Melalui jaringan radio yang terhubung di seantero negeri, Bung Karno diam-diam menanamkan nasionalisme dan membantu rakyat Indonesia bertahan hidup. Dengan orasi-orasi politiknya yang secara gratis disebarkan pihak Jepang, beliau diam-diam memberi intruksi kepada organisasi-organisasi pergerakan untuk melakukan hal-hal yang tertentu dan melarang tindakan-tindakan tertentu.
Dibalik nasehat-nasehatnya untuk membantu Jepang, Bung Karno membina mental rakyat Indonesia untuk berani melawan dan percaya diri untuk merdeka. Bung Karno pun sering mengingatkan semangat persatuan dan kesatuan agar merdeka. Pelan-pelan rakyat Indonesia setiap hari mendengar suara-suara Bung Karno menyalakan patriotisme. Itu setiap hari, melalui radio.
Setiap ada kesulitan-kesulitan hidup akibat penjajahan pihak Jepang, Bung Karno mengajari rakyat Indonesia bermacam-macam hal agar tetap hidup. Contohnya, ketika masalah tekstil menghantam Indonesia kala itu, Bung Karno menyarankan penanaman missal tanaman Rosella.
Beliau tahu ini merupakan ulah Jepang. Sehingga banyak penduduk hanya memakai baju dari karung bagor, sedangkan bayi-bayi memakai taplak meja. "Di negeri kita tumbuh semacam tanaman yang bernama rosella. Seratnya bisa ditenun menjadi kain. Ayo kita tanami rosella! Mari kita tenun kain dari rosella!" teriak Bung Karno.
Ketika rakyat Indonesia tidak kuat membeli sabun, Bung Karno menyerukan ke seantero negeri tentang pembuatan sabun sacara mandiri. Daun kelapa yang telah dibakar dan menjadi abu, kemudian dicampur minyak akan berbuih dan berkhasiat seperti sabun. Ketika masih banyak daerah belum dialiri listrik, Bung Karno kembali berseru lewat jaringan radio, "Ayo kita tanam jarak! Tanaman ini mudah tumbuh seperti tanaman pagar. Dari bijinya, kita dapat membuat minyak kastroli untuk penerangan!"
Begitulah Bung Karno menyadari pentingnya radio bagi bangsa kita kala itu. Para pemimpin bangsa lama-lama mulai menyetujui sikap kooperatifnya Bung Karno dan Bung Hatta dengan pihak Jepang. Namun, tetap saja ada yang masih tidak setuju dan memaki mereka berdua habis-habisan.
Bisa dibilang kemerdekaan Negara Indonesia adalah "konvergensi" antara radio dengan tokoh pergerakan. Melalui jaringan radio yang menyeluruh dan menjangkau banyak daerah, Bung Karno berusaha mempertahankan hidup banyak orang dan melindungi kepentingan pergerakan.
Dan demikianlah waktu bergulir, Indonesia merdeka. Lagi-lagi radio berperan besar pada penyebar-luasan pembacaan teks proklamasi Sukarno-Hatta. Dalam perjalanan Republik Indonesia, peran radio tetap tak tergantikan dan sangat vital. Dimana-mana yang namanya pemberontakan, ada 2 tempat yang selalu ingin dikuasai para pemberontak; stasiun radio setempat dan bandara.
Peran Radio di masa kini