Mohon tunggu...
Donatus BhatoTaso
Donatus BhatoTaso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Cogito Ergo Sum

Donatus Bhato Taso Mahasiswa Fakultas Filsafat-UNWIRA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanggilan Murid-murid Yesus Pertama (Makna Eksegetis Yohanes 1:32-45)

18 April 2022   09:50 Diperbarui: 18 April 2022   09:53 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstraksi

      Bagi kita orang kristen, apalagi saya sebagai seorang biarawan karmel, kita senantiasa mengidolakan Yesus Kristus  sebagai soko Guru yang menjadi sumber iman dan keselamatan kita.  Dan menjadi seorang kristen, menjadi seorang biarawan-biarawati itu merupakan panggilan yang paling mulia.  Kita adalah murid Yesus. Kristus memanggil kita untuk tinggal bersama-Nya, agar kita lebih mengenal Yesus dan semakin sadar untuk melakukan kehendak-Nya. Pengenalan kita akan Yesus dan terlebih kesediaan kita dalam melakukan kehendak-Nya adalah hal yang sangat penting untuk mencapai aktualisasi diri, yakni menjadi manusia yang sejati. Di dalamnya, kita bisa menemukan kisah indah bersama Yesus, yang kita kisahkan dalam kebersamaan kita, yakni dengan mencintai sesama. Masing-masing dari antara kita, ketika mencari dan bertemu dengan Tuhan tentu mempunyai kisahnya sendiri. Para murid Yesus yang pertama pun memiliki kisah khusus dan sederhana dalam pertemuan mereka dengan Yesus. Tanpa banyak basa-basi, para murid pertama langsung datang untuk bertemu dengan Yesus dan tinggal bersama-Nya. Dalam hal ini tampak kesiapsediaan dan iman para murid dalam mengikuti Yesus. Kita tahu bahwa setiap manusia memiliki keinginan untuk memperoleh yang lebih baik dalam hidupnya, terlebih menemukan jati dirinya. Setiap orang tentu berharap bertemu dengan sosok yang tepat agar dapat membantunya untuk sampai kepada kesejatian hidupnya. Injil hari ini mengungkapkan secara implisit kerinduan para murid untuk bertemu dengan Sang Guru. Panggilan Yesus atas murid-murid demi kepentingan Kerajaan Allah. Mereka menemukannya dalam diri Yesus sebagai Guru Sejati. Mereka pun tinggal dan belajar bersama-Nya, mengikuti dan melakukan apa yang dikatakan-Nya.

 

Kata kunci: Kepengikutan, murid,  Yesus dan panggilan

 

 

 

 

                                                                                                    PENDAHULUAN

      Terkait dengan pengarang Injil Yohanes, kita tidak dapat secara langsung menunjuk pada Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus, karena dalam pencariaannya akan mendapatkan kesulitan terkait Yohanes Markus atau Lazarus atau yang lainnya. Menurut sumber eksternal, terutama dari tradisi kuno menyatakan bahwa Injil ini dikarang oleh Yohanes, anak Zebedeus. Hal ini ditegaskan juga oleh Iraneaus, uskup Lyon bahwa penulis Injil-Injil yang lain, Yohanes, yang bersandar dekat kepada-Nya dan menulis Injil ini di Efesus. Ketika kita membaca injil  Yonahes, sering kali kita temukan kesulitan  untuk mengerti  dan juga  keinginan untuk mengenal dan memahami  injil yang mendalam ini secara lebih mendalam pula.  Tradisi kristiani  berabad-abad lamanya menerima bahwa  Rasul Yohanes  menulis injil keempat berdasarkan ingatannya akan apa yang  pernah ia lihat dan dengar dari Yesus.  Dari sudut nilai historis, kitab seorang saksi mata ini pernah  dinilai lebih tinggi  dari bada kita Markus dan Lukas yang bukan saksi mata.

 Perbedaan yang menojol dari kisah Yohanes dengan ketiga  ketiga kisah sinoptik dimasa lampau sering dijelaskan dengan mengatakan bahwa Yohanes hanya  mau melengkapi apa yang ia  lihat belum ada dalam ketiga injil lainnya.[1] Yang paling menarik adalah beberapa kali penggunannya tanpa predikat, secara absolut " sebelum Abraham ada Aku ada".  Kristologi injil Yohanes yang tinggi mewarnai gambaran Yohanes tentang masa pelayanan Yesus.  Berbeda dengan Injil Markus, dalam injil Yohanes Yesus tahu segalahnya.  Dalam Injil Yohanes keselamatan itu ditujukan kepada semua orang. Lambang injil Yohanes  adalah burung rajawali, agaknya karena injil  ini mulai dari atas , mulai dari suatu penerbangan tinggi  yang memberikan pemandangan yang menakjubkan  atas seluruh sejarah  pewahyuan Allah.  

 

 

Murid-Murid Yang Pertama ( Yohanes 1: 35- 42)

    Pada hari ketiga  dari rangkaian empat hari ( 1; 29,35,43)  Yesus memanggil murid-murrid  pertama. Ada dua cerita  perihal panggilan yang sejajar, kesaksian Yohanes mendorong dua murid untuk mengikuti Yesus ( ay. 35-39), dan kesaksian salah satu dari kedua murid itu  Andreas membawa Simon epada Yesus ( ay. 40-42).  Pada  hari ketiga ini  Yohanes pembatis mengulangi kasaksiannya secara singkat.  Sementara Yohanes tetap ditempatnya  dan membiarkan Yesus lewat saja, ada dua murid Yohanes yang tertarik dengan kesaksian Yohanes dan pergi mengikuti Yesus. Ketika melihat mereka Yesus, Yesus bertanya apa yang mereka cari. Mereka menjawab Yesus dengan menyapa Rabi, Guru (  seperti juga Natanael  dalm ay. 49).  Sapaan Rabi atau Guru  dalam injil Yohanes berulang kali dipakai  untuk Yesus sebagai Guru biasa saja  juga digunakannya sebagai  utusan Allah yang mengadakan tanda-tanda . Arti kata Guru  bssisa hapir sama dengan  Tuhan. Meskipun demikian , makna sepenuh itu  tampak belum hadi dalam sapaan kedua murid yang ingin tahu di mana Guru Yesus tinggal.     

 

       Kata tinggal atau diam  adalah kata yang berlapis makna dalam injil keempat.  Yesus tinggal  bukan saja tinggal di galilea, Yudea,  atau Yerusalem  tettapi ia tinggal didalam Bapa, atau dalam rumah Bapa dimana akau disediakan pula tempat untuk murid-murid. Yang dicari oleh kedua murid ini   barangkali tidak lebih  dari pada tempat tinggal  seperti yang dimiliki oleh setiap rabi Yahudi untuk berkumpul dengan murid-muridnya.  Kedua murid diajak oleh Yesus untuk datang dan melihatnya. Tidak diceritakan bahwa  mereka sudah melihat Yesus adalah tokoh  seperti yang dikissahkan oleh Yohanes Pembaptis.  Dalam beberapa adegan panggilan ini  kita menemukan benang merah  yang sama.  Setiap adegaan mulai dengan  suatu kesaksian orang  Yohanes pembaptis, Andreas, dan Filipus masing-masing  memberi kesaksian tentang Yesus yang beralain dalam arti tidak sama ( ay. 35-36, 40-41, 43-45)  Itu akan membawa Andreas, Petrusa dan Natanael kepada Yesus ( ay. 47).[2]   Langkah yang menentukan  dalam setiap  cerita panggilan ini  ialah momen Yesus memandang  orang yang dibawa kepadanya, lalu mengatakan sesuatu kepadanya  yang menjadi murid-Nya dengan cara masing-masing.  

 

      Yohanes  Pembaptis membiarkana Yesus lewat  tanpa menjadi pengikutnya, tetapi ia memperkenalkannya suatu cara yang menimbulkan  gerak baru dalam sejarah keselamatan.  Seruanya " Lihat Anak Domba Allah"  mendorong dua muridnya sendiri untuk mengikuti Guru baru itu , tanpa mengerti maksud penuh  dari kesaksian nabi Yohanes tentang Yesus.  Kesaksian mereka itu merupakan suatu hal dan langkah pertama.  Dengan pertanyaan yang disugukan oleh Yesus demikian apaa yang kamu cari?  Perkataan ini kiranya juga menjadi pertanyaan bagi kita semua untuk direfleksikan perihal panggilan dan kepengikutan kita  kepada Yesus: Apa yang sungguh kamu cari? Pertanyaan balasan, " Guru dimanakah Engkau tinggal?  Awalnya mungkin pertanyaan yang dangkal yang hanya berpaut pada rana lokasi, tetapi dalam injil  ini merupakan titik tolak  yang baik untuk berlahan-lahan  dimaana untuk menemukan Yesus yang sesungguhnya mempunyai kediaman yakni didalam Bapa.  Yang memanggil adalah Tuhan sendiri.  Ia menyambut setiap pendatang baru  dengan pandangan-Nya yang melihat  siapakah kita ini,  dan menyikapkan rahasia kita  dan tujuan kita masing-masing, sama seperti Ia menyingkapkan masa depan Simon ketika memberi nama baru.  Bagi setiap pengikut Yesus  ada peranannya sendiri, tetapi semua dipanggil untuk menjadi saksi Yesus yang membantu orang lain untuk datang kepada-Nya.      
        

 

                                                                                                              LANDASAN TEORITIS

 

       Ketika membaca injil keempat, segera dirasakan bahwa Yesus berbicara dengan nada yang agung dari pada dalam ketiga injil lainya.  Nada wejangan dalam injil Yohanes  menyerupai bahasa puitis wejangan Allah dalam perjajian lama,  kususnya dalam kitab-kitab perjanjian lama,  kususnya kitab-kitab para nabi. Yesus dalam injil Yohanes  datang dari Allah, adalah firman Allah maka cocoklah bila perkataannya bernada agung dan meriah seperti tutur kata Allah sendiri. Uraian tentang pandangan teologis Injil Yohanes dapat bertolak dari apa yang dirangkum  oleh pengarang sendiri tentang maksud tulisannya;  semua yang tercantum disini  telah dicatat,  supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, anak Allah supaya kita oleh imannya memperoleh hidup dalam namanya.  Sebutan- sebutan  yang terpenting dalam injil Yohanes adalah firman, anak tunggl Allah , Dia yang diutus Bapa,  anak manusia yang turun dari dan  naik kesurga  serta pernyataan diri Aku adalah Ego Eimi.[3] Dalam kaitan dengan keyakinan itu perlu dipahami juga  kata-kata perkenalan Yesus Ego Eimi " Aku  adalah"  yang sering terdapat dalam injil Yohanes.
      Murid-murid Pernbaptis mengikuti Yesus dan bersaksi ten[1]tang Dia, 1:35-42.Ay. 35-37 -Kehormatan tinggi menjadi saksi Kristus sekarang ditampilkan dengan hasil yang jclas dan sukscs, Di hadapan  dua orang murid-muridnya,Pembaptis mengulangi kesaksiannya bahwa Yesus adalah anak Domba Allah d. Sinoptik sarna sekali tidak bercerita mengenai para pengikot Permbaptis, rneskipun Kis 19:1-7 mengisyaratkan bahwa hal iru mcmang ada ..Mungkin sekali, dari antara anggota asli jemaat Yohanes terdapat rnereka yang bcrasal dari rnurid-rnurid Permbaptis, dan cerita ini menyimpan ingatan dernikian. Kernungkinan lain, cerita ini rnerupakan polemik melawan orang-orang yang menganggap Mesias, Bagaimana pun juga, Yohanes menunjukkan bahwa kesaksian Pembaptis efektif dalam mengantar dua rnurid kepada Yesus. Yohanes menyimpan gagasan bahwa menjadi murid berarti  meninggalkan sagala sesuatu dan mengikuti guru dengan segala tuntutannya,Yesus bertanya kepada murid-rnurid yang mengikuti-Nya,  Kelak, Yohanes akan menampilkan motif mereka yang men[1]cari Yesus (6:26 dst.), dan kemungkinan perranyaan yang diucapkan Yesus di sini dimaksudkan untuk menyelidiki motif-motif menjadi murid.[4]

 

Teks dan konteks  ( Yoh. 1: 35-42)[5]

 

      1:35 Pada keesokan harinya Yohanes y berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah " 1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. 1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka kepada-Nya: "Rabi a  (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" 1:39 Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus).  1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan  Kefas (artinya: Petrus). 

        Dalam Injil Yohanes kita menemukan banyak teks dengan wacana panjang yang bisa membosankan bagi para pemula. Ada banyak kesalahpahaman dalam Injil Yohanes yang mengajak pembaca untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan, pembaca bisa belajar lebih banyak dan bisa datang kepada sang misteri.   Dalam teks kita melihat bahwa kedua murid Yohanes  menyapa Yesus dengan sebutan Rabi. Sapaan Rabi atau Guru  dalam injil Yohanes berulang kali  dipakai untuk menyapa Yesus dan tidak memandang Yesus sebagai Guru biasa saja, melainkan  digunakan kepada-Nya sebagai  sebagai utusan Allah yang mengadakan tanda-tanda. Kesaksian Yohanes dan kesaksian Andreas  dan orag-orang lain membawa kita sekalian kepada Yesus.  Kesaksian mereka menjadi  jembatan bagi kita dalam konteks era ini. Kita yang oleh kesaksian orang lain sudh menjadi penikut Yesus, juga diharapkan pada gilirannya memberi kesaksiaan kepada orang lain. Perjumpaan kita dengan Yesus sebagai guru kita , mesias kita , penyelamat yang mengakat dosa kita, hendaknya kita bagikan dan pada ahirnya merka juga dapat mengenal dan datang kepada Yesus sang Mesias Putra Allah.

Jenis Sastra

    Para pembaca dan para teolog sering mengatakan bahwa gaya penyampaian injil Yohanes itu adalah dengan gaya berpidato. Gaya berpidato ini sangat mencolok dalam gaya Yohanes. Jenis bahasa ini, ternyata sesuai dengan situasi jamannya, dimana cocok dengan pengungkapan perasaan hati yang bergejolak dalam hati para tokoh ceritanya atupun untuk menyatakan makna yang terkandung  dalam suatu peristiwa. Dilihat dari sudut ini gaya pidato dapat berpeeran dalam cerita ibarat "chorus" dalam tragedy-tragedi yang diciptkan para dermawan yunani kuno[6]  Dalam perikop injil Yohanes bab 1:35-42, sangat menonjol gaya bahasa yang digunakan, disitu dijelaskan bagaiman Yohanes membangun dialog dengan para murindya tentang Yesus. Ungkapn Yohanes itu menggambarkan bahwa memang benar gaya yang dipakai oleh yohanes itu adalah gaya berpidato. Mengapa? Karena selain menyampaikan pesan juga mendapat tanggapn balik dari apa yang disampaikan itu. Dan itulah gaya atau cirri khas berpidato dan berdialog. Yohanes kerap kali menyinggung bagaimana ia secara langsung mendengar pesan Yesus, dan berangkat dari mendengar  pesan itu, Yohanes menyimpulkan bahwa Yesus menyampaikan pesan-Nya dengan gaya berpidato atau pewarta. Sehingga kita kenal bagaimana dalam injil Yohenes banyak kali menggunakan symbol-simbol. Itu menggambarakan gaya analogi yang berbentuk pidato, sebagai contoh tentang panggilan para murid-Nya yang pertma itu. 

Filologi 

 

     

 

  • Kata mereka mengikuti Yesus: Mengikuti Yesus berarti tindakan lahiriah yang mengungkapkan keinginan untuk mengiktui Yesus secara rohani.  
  • Apakah yang amu cari?: Pertanyaan semacam ini merupakan suatu penolakan, tetapi apbila diucapkan dengan lembut tdak demikian. Pertanyaan baliknya adalah, Di manakah Engkau tinggal? Seperti halnya tindakan mereka mengikti Yesus, dapat memiliki makna yang lebih mendalam lagi-apakah rahasia dari kehidupan dan kuasa Rohani-Mu? Tempat tingglnya pasti tidak menarik bagi mereka, tetapi percakapan agung yang menyusul tetap membekas di dalam ingatan mereka sebagai kenangan indah. 
  • Waktu: Bertahun-tahun kemudian Yohanes masih mengigat waktu pertemuan tersebut terjadi kira-kira pukul empat sore.  
  • Yesus Anak Domba Allah,: Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:32 dan 1:36, hal ini merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk menebus dosa. Pertanyaan yang diberikan Yohens terhadap para muridnya mau mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, dimana di dalam Dia ada keselamatan, ada hidup dan ada jalan.  
  • Murid: Murid dalam bahasa Yunani: Mathts (dari kata manthan: belajar, membiasakan diri dengan sesuatu, akrab dengan). Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata murid: mesyart (Kel 24:13; 1 Raj 19:21; 2 Raj 4:12; Yer 32:12-13), lebih dipahami sebagai hamba. Dalam Perjanjian Lama hanya ada satu teks dari masa Yudaisme yang menyebut kata "murid". Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa hubungan individu dengan Allah selalu dipahami dalam rangka hubungan seluruh bangsa Israel dengan Allah. Dalam Yudaisme dan barangkali karena pengaruhi Helenisme, berkembang gagasan Talmd dalam hubungan dengan rabbi yaitu orang yang hampir berwibawa ilahi dalam mengartikan Alkitab.[7]

 

 Struktur dan pergerakan teks

    Struktur teks ini diawali kisah penglihatan para Murid Yohanes terhadap pribadi Yesus. Ini dapat dikatakan sebagai prolog dari teks ini, dimana penglihatan dan ketergerakan hati para murid Yohanes dalam melihat Yesus menggambarkan bagaimana pergerakan memulai misi itu terjadi. Terkait dengaan struktur umum teks ini dapat dikatakan demikian: 

 Pembukaan Surat (1:35-36)

Dimana pada keesokan harinya Yohanes berdiri dengan dua muridnya, dan ketika melihat Yesus dia katakan "Lihatlah Anak Domba Allah", lalu kedua murid itu mendengarnya dan mulai saat itu mereka mengikuti Yesus. 

Kesaksian Yohanes (1: 37-42)

Yohanes mengatakan kepada muridnya tentang siapa Yesus. Dan setelah para murid mengetahui siapa itu Yesus, mereka bergegas dan bertanya tentang tempat tinggal Yesus dan juga sejak saat itu Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Inilah yang menjadi kesaksian Yohanes tentng Yesus. Dimana pengenalan para muridnya mengenai Yesus sungguh-sungguh membuat Yohanes merasa dipenuhi akan semua tugas yang diberikan kepadanya oleh Bapa.

 

Pengarang dan asal usul 

    Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Baru. Kitab yang termasuk dalam rangkaian Injil kanonik ini memiliki gaya dan struktur yang membuatnya unik dan berbeda dengan ketiga Injil yang lain (Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas), meskipun begitu Injil ini tetap memuat wawasan peristiwa yang sama dengan ketiga Injil lainnya. Injil Yohanes menekankan tentang keilahian Yesus Kristus, Anak Allah.Tidak ada Injil lain yang menekankan sifat kemanusiawian sekaligus keilahianNya dengan tegas dan jelas selain Injil ini. Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M. Memang tidak disebutkan dengan jelas siapa yang menulis Injil ini, tetapi Yohanes anak Zebedeus adalah orang yang diperkirakan menulisnya.[8]

 

     Surat ini ditujukan bagi kelompok pembaca yang menyendiri. Kelompok ini merupakan cabang dari persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada Yesus dan murid-muridNya. Bahasa yang digunakan oleh kelompok pembaca adalah bahasa Yunani, karena itu penulis menerjemahkan beberapa istilah Yahudi ke dalam bahasa Yunani (misal: Mesias, Rabuni, Rabi, dll). Kelompok pembaca ini bertikai dengan beberapa pihak. Pertama dengan pengikut Yohanes Pembaptis, kedua dengan orang Yahudi. Terlepas dari itu, tulisan-tulisan Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Gnostikisme untuk melawan pengaruh aliran tersebut dalam tubuh jemaat. Hal ini ditegaskan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan Yohanes, seperti kosmos, maut, hidup, anak-anak Allah.  Menurut tradisi yang berkembang pada zaman Ireneus, seorang bapak gereja pada abad ke-2, penulis Injil ini adalah Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus. Tradisi yang dianut oleh gereja hingga sekarang juga menyamakan penulis Injil dengan "murid yang dikasihi Yesus

Teks paralel

   Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang "Yesus adalah Anak Domba Allah" misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka "yang ditutupi oleh darah" (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

           

Makna Eksegetis

Pada dasarnya Teologi Injil Yohanes bukan hanya melulu pada Yesus sebagai Logos tetapi, masih ada juga yang lain, yakni selain Yesus dipandang sebagai LOGOS, juga Yesus dipandang sebagai AKU ADALAH".  Yesus sebagai LOGOS berearti Yesus adalah Sabda yang menjelama menjadi Manusia, dan sebagai AKU ADALAH , berarti Hal penting dari kata "Aku" dalam kitab Yohanes bahwa penggunaannya menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus.  Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohenes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda.  Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi.[9] Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pemabbtis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah.

 

 

 

                                                                               PENUTUP

 

        Dalam bacaan injil Yohanes tentang  dua murid Yohanes yang  mau mengikuti Yesus sebagai Anak Domba Allah.  Tidak ada sesuatu dalam  narasi  yang memberi kesan bahwa Yohanes pembaptis menduga  ada murid-muridnya yang akan meninggalkannya. Justru ia melihat hal itu sebagai salah satu misinya sebagai bentara Kristus.  Hanya seorang dari kedua murid itu  yang disebut namanya;  yang lain kemungkinaan adalah Yohanes penulis itu sendiri.  Dalam ide mengikut yang diterangkan pada ayat 38  rasanya netral  dan baru kemudian menjadi  komitmen penuh sebagai murid.  Jawaban mereka dan pertanyaan Yesus dan cara mereka menyapanya sebagai Rabi memperlihatkan maksud yang sungguh-sungguh untuk  mengikutinya.  Gelar rabi merupakan penghormatan  dan bukan menujuk  kepada seseorang yang  telah melalui pendidikan sekolah-sekolah  rabi (seperti yang terjadi kemudian).  Istilah Mesias  yang dicantumkan oleh Yohanes untuk menolong para pembaca buku  Yahudi. Baik Mesias dalam bahsa Ibrani maupun kristus dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar yang artinya " Dia yang diurapi".[10]  

 

       Dalam ayat 42  ada penekanan yang jelas atas hubungan pribadi antara Andreas, Simon dan Yesus. Sekli lagi, ada perbedaan antara injil Yohanes dan injil sinoptik dalam hal kapan nama Petrus diberikan kepada Simon. Disini nama itu diberikan pada awal pelayanan Yesus, sedangkan dalam Matius bab 16;18 nama itu dipertegas sesudah pengakuan Petrus.  Paling tidak sampai saat itu ada tiga murid yang disebut mengikuti Yesus. Tetapi Yohanes menyebut dua orang lagi sebelum ia memulai riwayat pelayanan Yesus dalam pasal 2.  Dalam Hal Filipus, Yesuslah yang mengambil prakarsa dengan memanggil dia untuk mengikuti-Nya. Kemudian Filipus disebut beberapa kali dalam Injil ini. (Bab 6: 5, 12:21, 14: 8).  Rupanya ia seorang yang berfikir praktis.  Pokok kesaksian ini sangat penting  dalam injil ini, maka cara Petrus dan Natanael  dibawa kepada Yesus sangat berarti. Kesaksiaan ini merupakan suatu cara yang berhasil  untuk menuntun orang menjadi murid Yesus.

 

                                                                                                                  DAFTAR PUSTAKA

 

 KITAB SUCI
 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, LAI , Jakarta, 2001.

 

 BUKU-BUKU
Harun  Martin , Yohanes Injil Cinta Kasih, Yogyakarta, Kanisius, 2015

 

Hartono F, Tafsiran Injil Yohanes, Yogyakarta, Kanisius, 2008

 

Carson  D.A. dan Dkk, Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Matius- Wahyu, Bina Kasi, Jakarta, 2017

 

 Bergant, Diane, CSA Dan  Karris Robert J., (Editor), Tafsir Alkita Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002

 

Tenney, Merrill C, Survei Perjanjian Baru, Malang, Gandum Mas, 1995

 

Suharyo I , pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, (Naskah)

 

 Leon  Xaxier-Dufour, Dictionary Biblica Theology

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun