Obrolan kami  terhenti, ada pembeli datang . Pemuda  bermasker ,menawar  harga  bunga  Michelia Alba yang masih kuncup. Nova pasang harga 3 lima ribu,pemuda itu menawar 4 lima ribu. Harga deal,Nova mengemas  8 kuntum  ke dalam plastik asoy.
Obrolan kami lanjutkan, sembari  jemarinya lincah menyayat lembaran pandan dengan  pisau cutter. Nova  membuat kembang  urai. Kembang  urai adalah lembaran  daun pandan,  yang telah disisipi bunga.
Di Palembang  mengantung Kembang  urai  di pintu  atau etalase toko-toko adalah hal yang biasa. Mungkin sebagai  bentuk doa, agar dagangan mereka laris manis.Seperti bunga yang dikerumuni lebah.Nah, kebetulan  ini hari Kamis ( malam Jumat  ) ramai warga keturunan  yang membeli kembang urai sebagai persembahan.
Meski tidak seglamour  menjual bunga potong. Ternyata bisnis bunga tabur,lumayan menguntungkan. Dengan senang Nova bercerita, dari keuntungan  menjual bunga ia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga. Menyekolahkan anak, melunasi kredit motor. Sekarang  ia sedang mencicil  sebuah rumah sederhana di daerah Kenten Laut  Palembang.
Hujan mulai reda.Setelah saling follow akun Facebook,aku pamit pulang. Dalam hati aku selipkan doa. Semoga rezeki  pedagang kaki lima di Pasar 16,sederas hujan hari ini. Palembang 05-5-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H