Mohon tunggu...
Rahma dona
Rahma dona Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

http://donasaurus.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengelo Pukek di Pasar Bengkulu

21 September 2018   14:43 Diperbarui: 21 September 2018   18:53 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengrajin ini, bekerja membuat kapal  berdasarkan pesanan saja. Dalam satu tahun, paling banyak mereka bisa membuat 3-4 kapal bagan saja. Kata  Zainal, upah membuat kapal lumayanlah untuk menyambung hidup. Bila tak ada pesanan, mereka  mencari nafkah dengan melaut sebagai nelayan , tukang bangunan, berkebun.

Zainal  menghentikan pekerjaanya , ini jam istirahat tengah hari.  Para pekerja pulang , untuk  makan siang ke rumah mereka  yang tak jauh dari  sana.

Mengelo Pukek Di Pasar Bengkulu

edison-2-5ba4da96c112fe0ed13d8a45.jpg
edison-2-5ba4da96c112fe0ed13d8a45.jpg
Dalam perjalan  pulang, bertemu   lelaki  paruhbaya duduk di bawah Pohon Waru.  Ia sedang memperbaiki jaringnya di pedisterian pantai Malabero .  Mampir sebentar, sambil berteduh   kenalan dengan  Edison  nelayan Pantai Malabero.

Dari kejauhan ,  barisan  prahu-perahu cadik  diayun gelombang. Pak Edison, sekarang sudah jarang melaut. Dilarang istri dan anak-anaknya,  karena  faktor umur. Meski terlihat sehat walafiat,  Oktober  2018  nanti  ia  akan berumur 70 tahun.

Sekarang  bapak 4 anak ini,  mengisi hari-harinya   dengan membuat  atau memperbaiki  pukat/jaring Dalam logat Bengkulu,  pukat disebut pukek

Tangan-tanganya  Pak Edison  terampil  sekali, menyelipkan dan  menarik  Cuban ( jarum jaring)   diantara simpul-simpul senar plastik. Cuba , plastik  runcing dengan kaitan  tempat mengulung  nylon  dapat dibeli ditoko peralatan  pancing  seharga Rp. 7.000.

Sambil  terus bekerja,  ia   bercerita  tentang  kehidupan nelayan  tradisional  yang sulit.  Kapal-kapal Cadik dengan peralatan ala kadarnya , bukan lawan  tanding  kapal besar  dengan pukat harimau.

 Hasil tangkapan  yang  tak seberapa,  biasanya langsung dijual sendiri. Cukup pasang meja, lalu ikan disusun di depan rumah mereka. Bila  tak laku dijual segar, ikan diasinkan. 

Penghasilan yang kadang bahkan tidak cukup, untuk membeli beras. Karena itu, sekarang banyak anak-anak muda yang  lebih memilih bekerja sebagai kuli bangunan   atau  jadi karyawan  wahana rekreasi.

saudargar-kapal-5ba4da9843322f639f5714d2.jpg
saudargar-kapal-5ba4da9843322f639f5714d2.jpg
Zaman sekolah dasar, kami sering  menghapal lagu-lagu daerah Bengkulu. Salah satu lagu yang populer  menceritakan kehidupan nelayan di Pasar Bengkulu  berjudul  Yo Botoi-Botoi.   Pak Darus sang pencipta lagu , secara khusus  menyebut  nelayan-nelayan  di Pasar  Bengkulu yang  bekerja keras mengelo pukek -- menarik tali jaring   sementar istri  sudah menunggu di rumah dengan harapan semoga  banyak ikan yang tertangkap***donapalembang

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun