Dilarang  bukan berarti berhenti, saya lihat sendiri sekarang  mereka memakai  pipa, selang besar dan mesin  untuk meyedot  batu bara  dari dalam air.Â
Meninggalkan para penambang batu bara di muara Kampung kelawi , yang terlihat bahagia dan no problemo. Putar balik ke seberang Sungai Serut, Â bagian Pasar Bengkulu.
Para Pembuat Kapal
Pekerja galangan, awalnya agak sedikit  kaget  melihat  emak-emak  yang " sok akrab sok kenal sok dekat " (SKSD) mampir ke bengkel kerja mereka .
Beruntung hari itu  bertemu  Zainal (30),  yang komunikatif  dan informatif. Lelaki itu, sedang  menyisipkan  benang,  menutup celah diantara  papan-papan  agar kapal kedap air.
 Benang yang digunakan, mirip  sumbu kompor minyak. Untuk kapal ukuran lebar 4 meter dan panjang 20 meter, diperlukan 80 kg benang.  Perlu waktu  satu minggu, untuk  menyisipkan benang dikedua belah sisi kapal.
Mengira  mereka mungkin belum pernah mendengar, istilah  blogger. Sedang cari bahan tulisan,  adalah jawaban  dari pertanyaan untuk apa saya  bertanya-tanya.
Tentu saja kami ngobrol dengan  dalam bahasa Bengkulu, kalau  mengunakan bahasa Indonesia  bisa-bisa saya dibully.  Belasan tahun  disini, membat saya  lancar  bicara bahasa  Bengkulu.  Lengkap dengan cara menyebut  huruf  R  seperti r logat Prancis ,  dan  E  seperti  pada kata sate.Â
Kapal bagan dengan lebar  4-6 meter dengan panjang 20 meter dikerjakan 3-5 orang dalam waktu  sekitar 4 bulan. Sementara perahu  Cadik, dengan  tambahan bilah-bilah kayu dikedua sisi luar kapal dapat diselesaikan antara 1-2 bulan saja.
Melihat ukurannya, kapal-kapal ini nampaknya bukan kapal antar pulau atau antar benua. Â Digunakan untuk, Â pelayaran pendek dan nelayan lokal.