"Kamu ini sudah gila ya pa? Ya Tuhan ... memang kamu sudah sinting pa! Sebentar-sebentar nyanyi pikul salib ... pikul salib! Papa kira aku ini prajurit Romawi yang mau salibkan papa ya?!" Jujun murka, semurka-murkanya.
Namun Jojon dengan tenang kembali mengangkat suaranya yang tak terlalu bagus rupanya itu, kembali bernyanyi ...
"Pikullah salibmu serta pandang tetap, hingga dapatlah mahkota suka senang!"
***
"Pak pandeta, tolong bicara dan nasihati suami saya Jojon!" Jujun mengatur rapi, manis tuturnya dua hari lewat setelah kejadian suara guntur berjuang kalahkan laju lari sang kilat , saat berkunjung di rumah pak pendeta.
"Ada apa lagi dengan pak Jojon, bu Jujun?"
"Bapak pendeta, sudah beberapa waktu ini suami saya Jojon seperti orang aneh. Tiap kali saya marah dia suka balas dengan menyanyikan lagu pikullah salib, berulang kali begitu! Saya jadi takut kalau ...."
"Takut apa bu Jujun?" pak pandeta menyambar, secepat kilat.
"Saya takut jangan-jangan Jojon suami saya itu sudah gila, pak pendeta!"
Dengan senyum penuh sewajahnya, ingat kejadian malam Jojon datang mengadukan kelakuan tak bagus istrinya, suka marah-marah yang tak b'renti-b'renti dari mulai matahari nongol sampai kembali kabur, di rumah. Pak pendeta lalu mengurai,
"Oh ... begitu! Tenang saja bu Jujun, ibu tak perlu takut! Pak Jojon tidak sedang aneh apalagi gila, beliau sedang dalam proses belajar sekaligus mengajar itu ...