Keseganan Ataukah Spontanitas?
 "Pemimpin yang mampu berbagi spontanitas dan sukacita bersama khalayak yang dipimpinnya, akan menciptakan kesetiaan dan cinta kasih di tengah mereka."
Jika diharuskan memilih antara dipimpin oleh seorang calon pemimpin yang getolnya berbagi keseganan atau yang sukanya berbagi spontanitas, manakah yang akan Anda pilih?
Sorry, ini tak bermaksud menggiring opini Anda pada upaya dukung-mendukung salah satu kontestan dalam kontestasi pemilihan pemimpin bangsa seperti saat ini.
Pertanyaan dalam tulisan ini semata bertujuan membawa Anda melihat kembali bentuk-bentuk relasi yang umum terjadi antarmanusia, mungkin ada manfaat bisa dipelajari darinya.
Kembali pada pertanyaan di awal! Mana yang akan Anda pilih?
Oke, terserahlah apa pilihan Anda! Namun mungkin Anda perlu tahu bahwa gambaran dua model pemimpin dalam pertanyaan tadi memberi petunjuk bahwa relasi antarmanusia bisa dipandang dari dua sudut pandang yang berbeda.
Mari sejenak melihat dua sudut pandang berbeda dalam soal melihat relasi antarmanusia dari bagaimana kebiasaan seorang pemimpin memadangnya.
Sudut Pandang Pertama
Sudut pandang yang pertama ini berciri defensif. Dalam relasi antar manusia, pemimpin dengan sudut pandang ini cenderung meniscayakan batas-batas tegas antara satu orang dan orang lainnya.
Seorang psikolog bernama Robert Frost dalam soal relasi manusia, mencoba menggambarkan sikap para pemimpin bersudut pandang ini dengan pernyataan umum mereka seperti, "Perlindungan diri yang baik akan menciptakan tetangga yang baik."
Menurut Frost bagi pemimpin bersudut pandang ini, relasi yang baik harus ditandai keseganan antar manusia. Jika seorang tidak segan lagi pada orang lain, mereka bisa saling melecehkan, saling menghina, dan tak menghormati satu dengan yang lain. Karenanya harus dibangun keseganan sebagai pertahanan diri agar tidak diperlakukan orang lain secara sembarangan.
Namun muncul pertanyaan di sini, apakah keseganan dan pertahanan diri yang baik mampu menjawab semua masalah relasi antarmanusia?