Mohon tunggu...
Donald Siwabessy
Donald Siwabessy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu Dekat Rumah Tuhan

22 November 2023   09:45 Diperbarui: 25 November 2023   19:09 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rindu Dekat Rumah Tuhan (Sumber: Tangkap Layar FB @Inez Lailosa)

Suamiku sangat dikenal di gereja kami. Bukan hanya karena ia seorang majelis jemaat atau pengurus di gereja. Namun juga karena ia seorang yang dikenal ramah, baik hati, dan suka peduli dengan jemaat yang sedang mengalami kesusahan hidup.

Sering sambutannya yang ramah tiap hari minggu di gereja, menolong jemaat seperti merasakan kentalnya suasana surgawi, yang lalu mendorong mereka penuh sukacita terus rindu dan ingin kembali ke rumah Tuhan saat jauh.

 

"Oh, rupanya bersama Ben dan Nia. Mari, silahkan masuk!" sambil matanya tertuju pada semua barang bawaan kami. Tiga koper tas pakaian berukuran besar dan beberapa perlengkapan tidur, seperti tikar dan bantal.

"Silahkan duduk!" tawarnya.

"Terimakasih bu." sahutku.

Berada dalam ruang tamu rumah ini, seperti membantu menata hatiku yang sedang kalud untuk sesaat merasa tenang dan damai.

Mungkin suasana ruangan inilah sebabnya, banyak jemaat suka ke rumah ini demi berkeluh kesah soal gumulan hidupnya, sembari minta didoakan sebelum kembali pulang.

Apalah artinya dibanding rumahku. Rumah dengan semua yang ada didalamnya lebih dari cukup menjadikan hidup terasa nyaman. Namun seperti kata para berhikmat, semua itu tak kuasa menjamin bahagia hidup.

Benar saja! Hatiku kini justru terasa sesak, seakan hendak meledak. Mengingat perlakuan seorang suami, sekaligus ayah pada istri dan kedua anaknya beberapa waktu terakhir ini di rumah itu!

"Mengapa tak bersama pak Joni, bu? Ngomong-ngomong hendak berlibur kemana sore ini dengan semua bawaan itu?" pertanyaan bagus, aku menunggunya sejak tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun