Lagi lagi kami bergegas untuk bangun dini hari untuk melaksanakan Qiyamu Lail dan mempersiapkan untuk acara outbond.
Ada hal menarik dalam Outbond kami kali ini, kami diminta untuk menghitung dari satu sampai enam. Dan setiap nomor berkumpul dan bergabung membentuk kelompok. Dalam outbond ini, terdapat peraturan yaitu, setiap kelompok terdapat berbagai macam peran, yaitu si buta, si bisu, si tuli, dan si pincang. Dan selama outbond kami harus melakukan peran kami masing masing dan saling bahu menbantu untuk sampai di tujuan kami. Dalam outbond ini terdaapat 3 post, post pertama kami harus merayap di sebuah rintangan buatan, dan bagi kelompok tercepat akan mendapatkan amunisi berisi satu kantong pelastik air lebih banyak dari yang kalah. Di post kedua, kami diperintahkan untuk memejamkan matanya samba disuapi oleh daun damar dan coklat, dalam permainan ini dituntut kepercayaan kepada pemimpin, atas instruksi yang diberikan, karena pemimpin kita tidak akan menjerumuskan kita kedalam ke sesatan. Post selanjutnya adalah estafet air dengan memejamkan mata. Disini ditunjuk satu orang untuk memberi instruksi agar air sampai pada orang terakhir. Diakhir outbond kami melakukan permainan perlindungan anggota, jadi pada permainan ini, terdapat satu “ratu” yang memegang amanah, sang ratu tidak boleh ketahuan oleh lawan, dan kami dapat menyerang dengan amunisi air yang telah didapatkan di post post sebelumnya.
Setelah rangkaian outbond selesai, kami diinstruksikan untuk segera bersih-bersih diri untuk melakukan shalat subuh berjama’ah. Sekitar pukul 06.00 WIB kami dikumpulkan kembali di lapangan. Kali ini ada kapita selekta dari para anggota BEMF MIPA periode 2015/2016. Agenda ini berlangsung sekitar satu jam. Setelah itu kami diperintahkan memasuki aula lagi karena ada materi lagi.
Materi ketiga ini mengenai manajemen aksi yang disampaikan oleh ka Pradipta Hendrawan. Manajemen aksi terdiri dari dua kata, yakni manajemen dan aksi. Manajemen itu sendiri adalah proses mengelola semua komponen agar tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Sedangkan aksi itu merupakan sarana menyampaikan pendapat untuk mendapatkan dukungan. Aksi dalam hal ini adalah aksi turun ke jalan.
Latar belakang munculnya aksi ini adalah karena penyampaian aspirasi terhambat serta buntunya metode dialog. Sebelum melakukan aksi terlebih dahulu kak Pradipta menjelaskan mekanismenya terlebih dahulu dimulai dari diskusi awal, diskusi lanjutan, pembentukan tim teknis sampai ke aksi lapangan..