“Ah, gapapa kok Pak. Lagi mikirin tugas sekolah aja” Vian berbohong
“Tugas apa tugas??!?” Jessi sedikit bercanda untuk mencairkan suasana.
“Nak, bapak tau kalo sebenernya kamu terpaksa menjadi koordinator dalam projek kali ini.” Pak Gus berbicara kepada Vian.
“Nah, kalo bapak udah tau, kenapa masih milih saya Pak? Padahal masih banyak yang lebih bagus dan layak menjadi koordinator daripada saya?” Vian bertanya dengan heran dan sedikit marah.
“LOH? Kan kamu menjadi koordinator itu atas pilihan teman-teman mu? Itu artinya teman-teman mu percaya untuk memberikan tanggung jawab yang besar ini terhadap kamu, nak.. Kamu tidak boleh mengecewakan mereka. Kamu harus besar hati untuk menerima tanggung jawab ini, nak..” Pak Gus menjelaskan kepada Vian agar dia tidak sedih lagi.
Mendengar penjelasan Pak Gus, akhirnya Vian menjadi termotivasi dan berbesar hati untuk menerima tanggung jawab menjadi koordinator.
“Baiklah Pak. Kalo begitu saya akan menjalankan tanggung jawab ini dengan lebih baik agar hasilnya nanti pun dapat lebih maksimal.” Vian dengan semangat. Pak Gus, Milla, dan Jessi pun sangat senang mendengar jawaban Vian.
Akhirnya, latihan pun kembali berjalan dengan normal selama satu bulan.
Tibalah hari penampilan mereka, yaitu Puncak Lustrum ke-VII SMA Stero. Kelas XA menampilkan penampilanya dengan sangat baik dan hal ini membuat semua anak XA menjadi sangat bangga.
“Guys, Aku, Jessi, dan Milla mau mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-teman semua karena kalian bisa menampilkan yang terbaik dan kalian mampu menunjukkan siapa XA sebenarnya. Good job guys! Proud of you all!” Vian merasa sangat bangga terhadap semua teman-temannya meskipun dia tahu dirinya tidak begitu banyak berkontribusi dalam projek kali ini. TAMAT.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI