Selama dua bulan pun, latihan terus berjalan. Sikap Vian masih saja sama yaitu cuek dan bodo amat. Padahal posisinya sebagai koordinator sangat dibutuhkan. Milla dan Jessi yang memperhatikan sikap Vian dari dua bulan akhirnya memutuskan untuk membahasnya dengan Pak Gus.
“Mil, lu notice gak sih sikap Vian yang sangat gak menguntungkan itu?” Tanya Jessi pada Milla
“Iya gua notice kok, pasti ada yang gak bener. Entah itu dari dirinya sendiri ataupun dari kita.” Milla menjawab Jessi.
“Haruskah kita membicarakan hal ini kepada bapak tercinta kita, Pak Gus?” Milla bertanya balik.
“Boleh deh, daripada gini terus. Capek juga gua lama-lama, tuh anak kerjaannya kagak pernah bener.” Jessi berbicara dengan nada sedikit emosi.
“SSSTTT!! Gak boleh gitu ah!” Milla menegur Jessi.
Lalu, merekapun menjelaskan hal ini kepada Pak Gus. Ternyata Pak Gus juga sudah lama mengamati sikap Vian ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk berbicara dengan Vian.
Milla dan Jessi langsung mengistirahatkan anak-anak XA agar mereka berdua dapat berbicara dengan Vian dan Pak Gus.
“Guys! Kalian bisa istirahat dulu yaa!” Milla mengumumkan.“YEAAYYYYY!!!!” Anak-anak XA merasa senang.
Akhirnya, Vian yang duduk sendirian sambil termenung didatangi oleh Pak Gus, Milla, dan Jessi.
“Vian, kamu kenapa nak?” Pak Gus bertanya.